Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso (Buwas) menegaskan bahwa Indonesia tidak mengalami defisit pangan di tengah pandemi COVID-19 ini. Hal ini karena ketersediaan beras hingga akhir tahun masih dalam kondisi aman.

Pernyataan Buwas sekaligus menjawab kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait krisis pangan saat pandemi COVID-19. Seperti diketahui, Jokowi sempat beberapa kali menyinggung soal krisis pangan seperti yang diungkapkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

"Sebenarnya memang kita tidak defisit pangan, buktinya sampai Desember ini sampai akhir tahun ini ketersediaan pangan kita sangat cukup. Ditambah kita kuatkan produksi di dalam negeri," tuturnya, dalam diskusi virtual, Selasa, 22 Desember.

Kata Buwas, Bulog adalah salah satu bagian buffer stock untuk ketersediaan pangan. Sebab, hal ini juga berkaitan dengan stabilitas harga. Karena itu, kewajiban Bulog memastikan distribusi pangan khususnya beras di seluruh Indonesia.

Seluruh kekuatan Bulog di Indonesia, katanya, harus siap untuk menjadi buffer stock negara di kewilayahan. Hal ini yang membuat pihaknya selalu mengikuti perkembangan-perkembangan masalah pangan di wilayah baik itu dari perkembangan masa panen maupun harga.

"Saya kira memang itu yang harus kami ikuti di masa pandemi ini. Justru bermanfaat untuk kami sebagai pembelajaran bagaimana memanfaatkan ini untuk membangun kerja sama dan kekuatan kami dengan bersinergi dengan kementerian/lembaga lainnya, masyarakat, petani. Sehingga sampai hari ini program-program pangan itu bisa terlaksana dengan baik," ucapnya.

Buwas mengatakan, pihaknya juga melakukan strategi mengelola stok beras yang ada supaya tidak terjadi defisit pangan. Salah satunya dengan mendistribusikan hasil panen ke daerah yang sedang defisit.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). (Foto: Dok. Bulog)

"Di kala ada panen di suatu wilayah tentunya panen itu akan berlebihan di wilayah itu, Bulog menyerap hasil panen itu dan kami segera mendistribusikan panen itu ke wilayah-wilayah yang defisit atau yang tidak memproduksi padi atau pangan," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud menyetujui pernyataan Bulog bahwa Indonesia tidak mengalami defisit pangan di tengah pandemi COVID-19 ini.

"Jadi defisit pangan memang alhamdulillah kita bisa lewati, tentu saja kita bersyukur. Pada akhir tahun 2019 waktu itu belum ada pemikiran akan ada pandemi tetapi kita punya stok beras yang cukup lumayan kalau tidak salah 2,1 juta ton. Jadi sangat cukup sekali dan itulah yang menjadi modal utama kita," tuturnya.

Kata dia, Bulog ada di dalam untuk menjamin dan menjaga di tingkat produsen petani. Sehingga, di masa sulit ini harga komoditas pangan khususnya beras stabil.

"Rutin setiap bulan ada target-target yang harus dilakukan oleh Bulog, dan Bulog memantau betul di mana wilayah-wilayah yang harga mulai ada tren naik meskipun 0,01 persen. Tetapi kami harus menjaga betul supaya daya beli masyarakat kita untuk beras ini betul-betul terjamin," jelasnya.

Apalagi, kata dia, 30 persen dari pendapatan rakyat menengah ke bawah itu memang dikeluarkan untuk membeli beras. Karena itu pemerintah menjaga betul harga beras harus terjangkau dan dalam jumlah yang cukup.