JAKARTA - Perum Bulog (Persero) menjamin bahwa beras dalam paket bantuan sosial (bansos) Kementerian Sosial sudah melalui tahap kontrol kualitas yang sangat ketat. Hal ini sekaligus menampik bahwa beras yang diberikan kepada masyarakat memiliki kualitas yang buruk.
Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso (Buwas) menegaskan, dirinya berani menjamin beras yang keluar dari gudang Bulog adalah beras dengan kualitas yang baik.
"Saya sampaikan, pendistribusian beras untuk bantuan sosial dari Bulog khususnya itu pasti beras bagus. Itu saya jamin. Karena kami sudah membangun komitmen dan sistem, jadi setiap beras yang ada di Bulog dan akan dikeluarkan itu harus melalui proses untuk memastikan kualitasnya baik. Sehingga itu baru kita salurkan," katanya, dalam diskusi virtual, Selasa, 22 Desember.
Buwas juga mengatakan, pengecekan kualitas beras tidak hanya dilakukan oleh Bulog namun juga oleh kementerian terkait dalam hal ini Kementerian Sosial dan Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
"Begitu dari dinyatakan clear itu baru diberangkatkan. Itupun tahapannya per angkutannya kami cek, jadi tidak ada lagi yang dikeluarkan dari kami bahwa beras itu kondisinya jelek. Dalam proses ini, kami sistem by name by address, jadi tidak ada lagi potensi yang disimpangkan di jalan atau ditukar di jalan," ucapnya.
Lebih lanjut, Buwas berujar, masyarakat yang mendapatkan bantuan sosial berupa beras dengan kualitas buruk dapat melakukan pengaduan kepada pihaknya. Namun, dengan catatan beras tesebut benar yang dikeluarkan oleh Bulog.
"Tentu kami lihat dulu apakah beras itu dari Bulog atau bukan. Kalau dari Bulog itu ada cap Bulog yang mendistribusikan jelas, nah kalau itu, segera laporkan kepada kami. Bulog dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab atas ini, dan akan segera kami ganti," ucapnya.
Kata Budi, laporan yang diterima pihaknya akan ditelusuri lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kualitas beras yang diterima masyarakat jelek.
"Bisa saja karena ini pekerjaan oknum, bisa saja tidak melalui proses prosedur seperti yang tadi. Kami akan telusuri kenapa beras ini jelek," tuturnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, adanya temuan beras kualitas tak layak konsumsi pada penyaluran bantuan sosial (bansos) pemerintah di Bogor, Jawa Barat, telah ditangani oleh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) dan kepolisian daerah.
Salah satu, warga penerima bantuan sosial COVID-19, Lisyani Abas menceritakan isi bansos yang berkurang selama 3 bulan terakhir yakni September, Oktober, dan November. Pada awal penerimaan bansos COVID-19, sembako yang diterima cukup banyak.
Di antaranya, sarden 9 kaleng, susu, beras, mi instan, kecap dan saus. Namun, lama-lama bantuan berkurang menjadi sarden hanya dua kaleng, susu, minyak dan beras. Sedangkan, mie instan, saus, kecap tidak ada lagi.
Tak hanya jumlahnya yang berkurang, ia menyebut kualitas bahan makanan bansos semakin jelek.
"Beras bau karung, berkutu, dijemur dulu ada yang pakai bawang putih, pakai daun pandan biar hilang, tapi kalah sama bau karungnya," dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne, Selasa, 8 Desember 2020.