Jokowi Minta Pengembangan Sektor Pangan Gunakan Cara-Cara Inovatif
Presiden RI, Joko Widodo. (Foto: Setkab)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, saat ini banyak negara di dunia melihat pentingnya pengembangan sektor pangan. Bukan hanya untuk merespons kemungkinan terjadinya krisis pangan akibat pandemi, tapi menurutnya, juga karena kebutuhan pangan sejalan dengan melonjaknya populasi penduduk di seluruh dunia.

Ia mengatakan, hampir setengah populasi penduduk dunia berada di kawasan Asia. Termasuk di tiga negara terbesar yakni China, India dan Indonesia.

"Situasi ini membuka peluang yang menjanjikan bagi sektor pangan. Kebutuhannya sangat besar, pasarnya sangat besar, dan akan terus tumbuh," tuturnya, dalam acara Jakarta Food Security Summit 5, Rabu, 18 November.

Namun, kata Jokowi, untuk mengambil peluang itu perlu dilakukan pengembangan sektor pangan dengan cara-cara baru yang inovatif. Sehingga mampu meningkatkan efisiensi proses produksi, meningkatkan pangan berkualitas dengan harga terjangkau, memperbaiki daya dukung lingkungan, hingga mensejahterakan para petani.

"Kita harus melompat dengan cara-cara baru, dengan skala produksi yang lebih besar dengan peran sentral korporasi petani. Mengedepankan nilai tambah di tahap on farm maupun off farm, dan berbasis teknologi modern yang lebih efisien dan lebih produktif," katanya.

Menurut dia, cara-cara yang inovatif ini memberikan kesejahteraan yang lebih baik pada para petani dan sektor-sektor pendukungnya.

Saat ini, pemerintah juga sedang berfokus pada pengembangan lumbung pangan atau dikenal food estate di sejumlah wilayah di Indonesia. Di antaranya berada di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara. Tujuannya adalah mendorong Indonesia bisa menjadi salah satu lumbung pangan dunia.

Jokowi berharap para pengusaha yang tergabung dalam Kadin Indonesia menjadi bagian dalam cara-cara baru yang inovatif. Inisiatif Kadin Indonesia berupa skema Inclusive Closed Loop (ICL) perlu untuk terus dikembangkan, terutama dalam mengembangkan kemitraan antarpemangku kepentingan yang saling membutuhkan dari hulu sampai hilir.

"Saya mendukung berbagai inisiatif kolaboratif yang melibatkan petani, koperasi, perbankan, dan juga offtaker, beberapa inisitiatif kolaboratif seperti hortikultura di Garut dan industri minyak sawit di berbagai daerah perlu terus diperbarui agar produktiviats dan nilai tambah petani semakin meningkat," tuturnya.

Lebih lanjut, ia meminta, skema ICL perlu direplikasi ke daerah-daerah lain untuk memperkuat inisiatif kolaboratif produktif sektor pangan. Persiden meminta Kadin untuk memberikan pendampingan pada 1 juta petani swadaya.

"Saya dengar pada awal 2020 sudah dilakukan, saya tunggu komitmen pendampingan 2 juta petani swadaya pada 2023, saya yakin Kadin mampu mencapai target itu," katanya.