Kemenkes Belum Lihat Tanda Subvarian BF.7 Akan Melonjak di Indonesia
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan keterangan kepada wartawan/ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum melihat adanya tanda-tanda peningkatan kasus COVID-19 di Indonesia setelah ditemukan sejumlah pasien yang terinfeksi Subvarian Omicron BF.7. 

"Kami tidak terlalu khawatir, karena sejak Oktober 2022, varian yang masih mendominasi saat ini adalah XBB dan belum ada tanda peningkatan BF.7," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis, 29 Desember. 

Nadia mengatakan BF.7 yang kini memicu lonjakan kasus di China dan sejumlah negara lain di dunia memiliki karakter gejala yang relatif ringan.

Semua pasien yang terjangkit di Indonesia sudah dinyatakan sembuh secara isolasi mandiri (isoman) sejak spesmien ditemukan pada Oktober 2022.

"Semua pasiennya sudah sehat," katanya.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin di RSAB Harapan Kita Jakarta, hari ini mengatakan jumlah kasus BF.7 di Indonesia yang terdeteksi berdasarkan surveilans genomik relatif sedikit, berkisar 15 kasus.

"Yang Subvarian BA.5 di Indonesia sudah lewat siklusnya, yang BA.2.75 sudah lewat, tinggal yang BF.7 ini sudah kami lihat di Indonesia sudah ada. Kenaikannya itu kecil sekali, 15 kasusnya," katanya.

Dua kasus di antaranya dilaporkan dari DKI Jakarta, berjenis kelamin laki-laki berusia 30--40 tahun. Kedua pasien bergejala ringan dan isolasi mandiri di rumah.

Kedua pasien sudah dinyatakan sembuh, tanpa ada komorbid dan tidak ada riwayat perjalanan luar negeri.

Dinas Kesehatan DKI hingga saat ini masih memperbarui data jumlah pasien mengalami kontak erat berdasarkan penambahan laporan dari laboratorium kesehatan setempat.

Menkes Budi mengimbau masyarakat untuk tetap patuh pada protokol kesehatan serta menyegerakan diri mengakses layanan vaksinasi COVID-19 di sentra pelayanan kesehatan terdekat sebagai upaya perlindungan diri dari risiko sakit bergejala berat akibat infeksi virus Corona. 

"Jadi sampai sekarang, vaksin masih gratis, cepat-cepat booster," katanya.

Terkait