Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut mobilitas atau pergerakan masyarakat tidak terlalu memengaruhi lonjakan kasus COVID-19, tetapi disebabkan oleh munculnya varian-varian baru.

"Memang lonjakan gelombang COVID-19 disebabkan oleh varian baru, data saintifiknya begitu, bukan oleh pergerakan atau mobilitas, itu minor," ujar Budi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta, Selasa 3 Januari.

Budi menjelaskan kenaikan kasus signifikan di sejumlah negara di Eropa dan China saat ini karena varian BA.5, BA.2.75 dan BF7. Ketiga varian tersebut sebenarnya sudah masuk ke Indonesia.

Namun, kata dia, Indonesia sudah melewati fase puncak kenaikan kasus BA5.2 dan B.2.75. Saat dunia disibukkan dengan kenaikan dua varian tersebut, Indonesia justru angka kasusnya telah menurun.

Sementara varian BF7 yang teridentifikasi di Indonesia pada Juli 2022 di Bali tak membuat kenaikan kasus secara signifikan.

"Jumlah kasus BF7 (terkonfirmasi) 15, dan tidak ada pergerakan naik," kata dia.

Budi menyebut terkendalinya angka COVID-19 di Indonesia karena sistem kekebalan tubuh masyarakat telah terbentuk. Masyarakat yang telah mendapat vaksinasi dan kemudian terinfeksi, membuat imunitas menjadi lebih kuat.

Berbeda halnya dengan di China. Menurut Budi, China yang menerapkan penguncian wilayah yang ketat membuat imunitas alami masyarakat tidak terbentuk, sehingga terjadi lonjakan kasus.

"Kita, alhamdulillah imunitas penduduk kita kuat, kombinasi dari vaksinasi dan infeksi. Jadi, ada yang secara buatan kita suntik, tapi secara alamiah terjadi. Jadi, di China karena lockdown-nya sangat ketat, yang alamiah itu tidak sebanyak di Indonesia, tidak terbentuk," kata dia.

Berkaca pada kondisi tersebut, pemerintah kemudian mencabut aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Jadi, kita merasa tidak perlu mengetatkan kegiatan masyarakat karena imunitasnya sudah tinggi," kata dia.