Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara mengutuk rencana Jepang untuk menumpuk kekuatan militernya dalam strategi keamanan baru pada Hari Selasa, menyebutnya berbahaya dan bersumpah akan melakukan tindakan balasan, sementara juga memperingatkan uji coba rudal balistik antarbenua yang akan segera terjadi.

Jepang pekan lalu mengumumkan pembangunan militer terbesarnya sejak Perang Dunia Kedua, karena ketegangan dengan China dan Korea Utara yang bermusuhan, dan invasi Rusia ke Ukraina, memicu kekhawatiran perang.

Nilai anggaran yang diumumkan mencapai 320 miliar dolar AS atau setara Rp4.994.000.000.000.000. Item dalam daftar belanja selama lima tahun ke depan termasuk rudal pencegat untuk pertahanan rudal balistik, drone serang dan pengintai, peralatan komunikasi satelit, pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35, helikopter, kapal selam, kapal perang dan jet angkut berat.

Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan, Jepang telah secara efektif memformalkan "kemampuan untuk serangan pendahuluan" dengan strategi barunya yang akan membawa perubahan "radikal" pada lingkungan keamanan Asia Timur.

Kementerian tersebut juga mengkritik Amerika Serikat, karena "berkomplot dan menghasut skema persenjataan kembali dan invasi kembali Jepang", dengan mengatakan Amerika Serikat tidak berhak mempertanyakan pertahanan Korea Utara.

"Tindakan bodoh Jepang yang berusaha untuk memuaskan niatnya yang berhati hitam, penumpukan senjata untuk invasi ulang, dengan dalih pelaksanaan hak bela diri dari latihan DPRK yang sah tidak akan pernah dapat dibenarkan dan ditoleransi," kata seorang pejabat kementerian dalam pernyataan, mengutip Reuters dari KCNA 20 Desember.

Juru bicara itu menyebut Korea Utara dengan inisial nama resminya, Republik Demokratik Rakyat Korea.

Korea Utara akan mengungkapkan ketidaksenangannya dengan tindakan untuk menyoroti keputusan Jepang yang "salah dan sangat berbahaya", lanjut juru bicara itu, memperingatkan "rasa gemetar akan segera dirasakan".

Korea Utara diketahui telah menguji rudal dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya tahun ini, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dirancang untuk mencapai daratan Amerika Serikat yang bertentangan dengan sanksi internasional.

Beberapa rudal Korea Utara telah terbang di atas Jepang, atau mendarat di perairan di dekatnya, menuai kecaman dari sekutu setia AS itu.

Terpisah, Kim Yo-jong, saudari perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengisyaratkan kemajuan teknologi dalam sistem ICBM-nya, mengecam pertanyaan atas apa yang dikatakan Korea Utara sebagai upayanya untuk mengembangkan satelit mata-mata.

Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak menengah di lepas pantai timurnya pada Hari Minggu, menyebutnya sebagai uji "penting" untuk pengembangan satelit pengintaian yang diharapkan selesai pada Bulan April.

Para ahli telah meragukan tingkat teknologi satelit Korea Utara. Tetapi, Kim Yo-jong mencemoohnya dan menyebutkan kemajuan dalam program rudal negaranya, termasuk pengembangan ICBM.

Korea Utara telah melakukan uji tembak ICBM pada sudut yang curam. Sementara, analis mengatakan sudut peluncuran yang normal membutuhkan teknologi yang lebih canggih, untuk menahan panas yang dihasilkan selama masuk kembali ke atmosfer.

"Saya bisa menjernihkan keraguan mereka tentang itu," ujar Kim Yo-jong.

"Mereka akan segera mengenalinya jika kita meluncurkan ICBM dengan cara menembak langsung dari sudut yang sebenarnya," tandasnya.