Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Jepang meluncurkan pembangunan militer terbesarnya sejak Perang Dunia Kedua dengan rencana senilai 320 miliar dolar AS atau setara Rp4.994.000.000.000.000 pada Hari Jumat, termasuk membeli rudal yang mampu menjangkau China, mengantisipasi ketegangan regional dan invasi Rusia ke Ukraina memicu ketakutan akan perang.

Rencana lima tahun yang luas, yang dulu tidak terpikirkan di Jepang, akan menjadikan negara itu pembelanja militer terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan China, berdasarkan anggaran saat ini.

Perdana Menteri Fumio Kishida, yang menggambarkan Jepang dan rakyatnya berada pada "titik balik dalam sejarah", mengatakan peningkatan itu adalah "jawaban saya atas berbagai tantangan keamanan yang kita hadapi," melansir Reuters 16 Desember.

Pemerintah Jepang khawatir, Rusia telah menetapkan preseden yang akan mendorong China untuk menyerang Taiwan, mengancam pulau-pulau Jepang di dekatnya, mengganggu pasokan semikonduktor canggih dan berpotensi mencekik jalur laut yang memasok minyak Timur Tengah.

"Ini merupakan arah baru bagi Jepang. Jika dilaksanakan dengan tepat, Pasukan Bela Diri akan menjadi kekuatan nyata kelas dunia yang efektif,” kata Yoji Koda, mantan laksamana Pasukan Bela Diri Maritim, yang memimpin armada Jepang pada tahun 2008 .

Pemerintah mengatakan akan menyimpan suku cadang dan amunisi lainnya, memperluas kapasitas transportasi dan mengembangkan kemampuan perang dunia maya.

pm jepang fumio kishida
PM Jepang Fumio Kishida. (Wikimedia Commons/首相官邸ホームページ)

Dalam konstitusi pascaperangnya, yang dibuat oleh Amerika, Jepang menyerahkan hak untuk mengobarkan perang dan sarana untuk melakukannya.

"Invasi Rusia ke Ukraina merupakan pelanggaran serius terhadap undang-undang yang melarang penggunaan kekuatan dan mengguncang fondasi tatanan internasional," kata makalah strategi itu.

"Tantangan strategis yang ditimbulkan oleh China adalah yang terbesar yang pernah dihadapi Jepang," tambahnya, juga mencatat bahwa Beijing tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya.

Dokumen strategi keamanan nasional terpisah yang menunjuk ke China, Rusia dan Korea Utara, menjanjikan kerja sama yang erat dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain yang berpikiran sama untuk mencegah ancaman terhadap tatanan internasional yang telah mapan.

"Perdana Menteri membuat pernyataan strategis yang jelas dan tidak ambigu tentang peran Jepang sebagai penyedia keamanan di Indo-Pasifik," Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Dia telah menempatkan huruf kapital "D" di sebelah pencegahan Jepang," tambahnya.

Diketahui, pengeluaran pertahanan China melampaui Jepang pada pergantian abad, dan sekarang memiliki anggaran militer lebih dari empat kali lebih besar.

Terlalu sedikit amunisi dan kurangnya suku cadang untuk mendaratkan pesawat dan membuat peralatan militer lainnya tidak berfungsi adalah masalah paling mendesak yang harus ditangani Jepang, kata sumber militer kepada Reuters.

"Perang Ukraina telah menunjukkan kepada kita perlunya mempertahankan pertempuran, dan itu adalah sesuatu yang sejauh ini belum dipersiapkan Jepang,” kata Toshimichi Nagaiwa, pensiunan jenderal Angkatan Udara Bela Diri.

"Jepang terlambat memulai, seperti kita tertinggal 200 meter dalam sprint 400 meter," tambahnya.

militer jepang
Ilustrasi militer Jepang. (Wikimedia Commons/Rikujojieitai Boueisho)

Rencana PM Kishida akan menggandakan pengeluaran pertahanan menjadi sekitar 2 persen dari produk domestik bruto selama lima tahun, melampaui batas pengeluaran 1 persen yang diberlakukan negara itu sejak 1976.

Ini akan meningkatkan anggaran Kementerian Pertahanan menjadi sekitar sepersepuluh dari semua pengeluaran publik pada tingkat saat ini, dan akan menjadikan Jepang pembelanja militer terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan China, berdasarkan anggaran saat ini.

Berbelanja secara royal akan memberikan pekerjaan kepada pembuat peralatan militer Jepang seperti Mitsubishi Heavy Industries, yang diperkirakan akan memimpin pengembangan tiga rudal jarak jauh yang akan menjadi bagian dari kekuatan rudal baru Jepang.

MHI juga akan membangun jet tempur Jepang berikutnya bersama BAE Systems PLC dan Leonardo SPA dalam proyek bersama antara Jepang, Inggris dan Italia yang diumumkan minggu lalu. Tokyo mengalokasikan 5,6 miliar dolar AS untuk itu dalam program pertahanan lima tahun.

Perusahaan asing juga akan diuntungkan. Jepang mengatakan ingin rudal jelajah Tomahawk AS buatan Raytheon Technologies yang diluncurkan kapal, untuk menjadi bagian dari kekuatan pencegah barunya.

Item lain dalam daftar belanja militer Jepang selama lima tahun ke depan termasuk rudal pencegat untuk pertahanan rudal balistik, drone serang dan pengintai, peralatan komunikasi satelit, pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35, helikopter, kapal selam, kapal perang, dan jet angkut berat.

Untuk belanja tersebut, pemerintah pada Hari Jumat mengatakan akan menaikkan pajak pendapatan tembakau, perusahaan dan rekonstruksi bencana. Namun, dengan penentangan terhadap kenaikan pajak di dalam partai Liberal Demokrat yang berkuasa masih kuat, pemimpin Jepang itu belum mengatakan kapan dia akan menerapkan tarif yang lebih tinggi itu.