Bagikan:

JAKARTA - Kepala mata-mata Moldova memperingatkan pada Hari Senin risiko "sangat tinggi" dari serangan baru Rusia ke timur negaranya tahun depan, mengatakan Moskow masih bertujuan untuk mengamankan koridor darat melalui Ukraina ke wilayah Transnistria Moldova yang memisahkan diri.

Komentar Alexandru Musteata, kepala Dinas Informasi dan Keamanan (SIS), menggemakan pesan baru-baru ini dari Ukraina di mana para jenderal angkatan darat telah memperingatkan dalam beberapa hari terakhir, tentang ancaman serangan besar baru Rusia awal tahun depan.

"Pertanyaannya bukan apakah Federasi Rusia akan melakukan kemajuan baru menuju wilayah Moldova, tetapi kapan akan melakukannya," kata Musteata kepada saluran televisi TVR-Moldova, melansir Reuters 20 Desember.

Dia mengatakan, agensinya yakin Rusia sedang melihat beberapa skenario untuk mencapai Moldova dan kemungkinan serangan akan diluncurkan pada Januari-Februari atau lebih lambat pada Maret-April.

Dinas Informasi dan Keamanan mengatakan dalam sebuah pernyataan, pihaknya memperkirakan tindakan ofensif Rusia akan bergantung pada jalannya invasi ke Ukraina.

Moldova memiliki anggaran pertahanan tidak besar Sementara, Rusia telah lama menempatkan pasukan dan penjaga perdamaian di Transnistria, wilayah yang memisahkan diri dari Moldova, bertahan selama tiga dekade dengan dukungan dari Moskow. Musteata mengatakan Rusia ingin pasukannya terhubung dengan pasukan di Transdniestria.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera membalas permintaan komentar tertulis dari Reuters.

Diketahui, Transnistria memisahkan diri setelah perang saudara tahun 1992 tetapi tidak diakui oleh sebagian besar negara. Wilayahnya membentang kira-kira 400 kilometer (249 mil) antara tepi timur Sungai Dniester di Moldova dan perbatasan negara dengan Ukraina, seperti mengutip AP.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, kekhawatiran berkobar di Moldova yang bukan anggota NATO dan netral secara militer, bahwa konflik dapat menyebar ke negara itu melalui Transnistria.