Tolak Usulan Perundingan Damai dengan Rusia, Pembantu Presiden Zelensky: Perdamaian yang Buruk dengan Mengorbankan Wilayah Ukraina
Mantan Menlu AS Henry Kissinger. (Wikimedia Commons/U.S. Department of State)

Bagikan:

JAKARTA - Kyiv menolak komentar dari mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Henry Kissinger, bahwa Ukraina harus mencari rencana perdamaian yang dinegosiasikan dengan Rusia untuk mengurangi risiko meluncur ke perang dunia lain.

Perang terus berkecamuk di Ukraina, seiring dengan invasi Rusia yang dimulai pada 24 Februari lalu. Belakangn, Kyiv mengajukan permohonan bergabung dengan NATO, sementara Rusia mencaplok wilayah Lugansk, Donetsk, Zaporizhzhia dan Kherson, lewat referendum yang dinilai Ukraina dan masyarakat internasional tidak sah.

Kissinger mengusulkan perundingan damai untuk mengakhiri konflik, menghindari terjadinya perang dunia.

Terkait hal itu, Pembantu Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, Kissinger tidak memahami sifat perang ini, maupun dampaknya terhadap tatanan dunia.

"Resep yang diminta oleh mantan menteri luar negeri, tetapi takut untuk mengatakannya dengan lantang, sederhana: menenangkan agresor dengan mengorbankan bagian-bagian Ukraina dengan jaminan non-agresi terhadap negara-negara lain di Eropa Timur," tulis Podolyak di Telegram, melansir The National News 19 Desember.

"Semua pendukung solusi sederhana harus mengingat hal yang sudah jelas: kesepakatan apa pun dengan iblis, perdamaian yang buruk dengan mengorbankan wilayah Ukraina, akan menjadi kemenangan bagi Putin dan resep kesuksesan bagi para otokrat di seluruh dunia," tandasnya.

Sebelumnya, Kissinger mengatakan waktunya semakin dekat untuk negosiasi perdamaian di Ukraina untuk mengurangi risiko perang dunia yang menghancurkan lainnya.

Kissinger, seorang arsitek kebijakan Detente Perang Dingin terhadap Uni Soviet sebagai Menteri Luar Negeri di bawah Presiden Republik Richard Nixon dan Gerald Ford, telah bertemu dengan Vladimir Putin beberapa kali sejak ia pertama kali menjadi presiden pada tahun 2000.

"Waktunya semakin dekat untuk membangun perubahan strategis yang telah dicapai dan mengintegrasikannya ke dalam struktur baru untuk mencapai perdamaian melalui negosiasi," tulis Kissinger di majalah The Spectator, seperti mengutip Reuters.

"Proses perdamaian harus menghubungkan Ukraina dengan NATO. Alternatif netralitas tidak lagi berarti," sambungnya dalam sebuah artikel berjudul “How to avoid another world war”.

Kissinger mengatakan, pada Bulan Mei dia mengusulkan gencatan senjata di mana Rusia akan mundur ke garis depan sebelum invasi 24 Februari, tetapi Krimea akan menjadi subjek "negosiasi".

Kissinger (90) menyatakan, jika terbukti tidak mungkin untuk kembali ke status quo yang ditetapkan pada tahun 2014, referendum yang diawasi secara internasional di wilayah yang diklaim oleh Rusia bisa menjadi pilihan.

Namun Kissinger memperingatkan, keinginan untuk membuat Rusia 'impotensi' atau bahkan mencari pembubaran Rusia, dapat menimbulkan kekacauan. Baik Ukraina maupun negara Barat mana pun tidak menganjurkan jalan mana pun.

"Pembubaran Rusia atau penghancuran kemampuannya untuk kebijakan strategis, dapat mengubah wilayahnya yang mencakup 11 zona waktu menjadi kekosongan yang diperebutkan," tandas Kissinger.

"Masyarakat yang bersaing mungkin memutuskan untuk menyelesaikan perselisihan mereka dengan kekerasan. Negara lain mungkin berusaha memperluas klaim mereka dengan paksa. Semua bahaya ini akan diperparah dengan kehadiran ribuan senjata nuklir yang menjadikan Rusia salah satu dari dua kekuatan nuklir terbesar di dunia," pungkasnya.