Bagikan:

JAKARTA - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, dibutuhkan proses yang tidak sebentar untuk memulihkan kondisi ekonomi seperti sediakala. Ekonomi bisa pulih jika pemerintah berhasil mengatasi masalah utama yaitu pandemi COVID-19.

Namun, Enny menegaskan, saat pandemi COVID-19 ini berakhir tidak serta merta kinerja ekonomi bisa pulih secara instan.

"Jangan salah, tidak serta merta proses pemulihan ekonomi semudah seperti membalikan telapak tangan. Sehingga tetap butuh proses untuk mengembalikan ekonomi (seperti) semula," katanya, dalam acara diskusi virtual bertajuk 'Vaksin dan Prospek Pemulihan Ekonomi', Sabtu, 19 Desember.

Lebih lanjut, Enny mengatakan, hal itu karena dampak pandemi COVID-19 begitu masif dan sistemik dalam memukul kinerja perekonomian nasional sejak awal tahun ini. Bahkan, akibat pandemi banyak usaha yang tutup dan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Dimana ada tambahan pengangguran baru karena pandemi COVID-19 sebanyak 2,56 juta. Kemudian banyak lagi jutaan tenaga kerja yang mengalami penurunan pendapatan, pengurangan jam kerja, hingga banyak orang yang beralih kerja ke sektor informal," ucapnya.

Bertambahnya angka pengangguran ini, kata Enny, berdampak juga pada tingkat konsumsi rumah tangga yang menurun drastis selama masa pandemi COVID-19. Padahal, sektor tersebut selama ini mampu menjadi tulang punggung ekonomi nasional.

"Tingkat ketergantungan ekonomi terhadap konsumsi rumah tangga itu mencapai 58 persen," tuturnya.

Menurut Enny, pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang tidak hanya bersifat extra ordinary. Tetapi juga mampu mengkonsolidasikan berbagai program secara konkret. Salah satunya, menstimulus perluasan penciptaan lapangan kerja untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga.

"Karena data dampak pandemi terhadap pengangguran itu luar biasa. Orang butuh memiliki lapangan kerja dalam jumlah besar," jelasnya.