Bagikan:

JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebutkan sejak pandemi sampai dengan masa pemulihan sekarang ini, masih ada industri yang belum pulih.

Sektor-sektor tersebut perlu diperhatikan untuk pemulihan ekonomi nasional.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi Indef, Andry Satrio Nugroho mengatakan, pemerintah perlu memetakan mana saja sektor yang belum pulih. Kemudian,

memberikan insentif bagi industri yang terdampak karena pandemi dan pelemahan ekonomi dunia.

“Kalau ditanya terkait dengan bagaimana kita bisa menjaga sektor manufaktur maka perlu dilihat kembali sektor mana yang cukup terdampak akibat COVID-19 lalu dan sampai dengan sekarang belum terlihat pemulihannya dan inilah yang harus dipetakan oleh Kemenperin,” tegas Andry, Jumat, 20 Januari.

Menurut Andry, selama ini pemerintah belum memberikan stimulus terhadap sektor-sektor yang belum pulih dari dampak pandemi dan pelemahan ekonomi dunia.

“Kalau kita lihat justru pemetaan dari sub sektor yang masih terdampak dan masih belum cukup pulih tersebut itu stimulus yang diberikan masih belum ada menurut saya gitu. Masih belum ada kebaruan, nah ini yang menurut saya perlu kembali diingatkan gitu ya kepada pemerintah,” jelas Andry.

Contohnya, kata Andry, industri tekstil dan alas kaki. Mereka sangat terdampak dan belum pulih sampai dengan sekarang. Industri ini digempur produk impor dan juga menurunnya permintaan dari luar negeri.

“Selain itu tingginya inflasi ini masih belum bisa memulihkan kinerja subsektor industri dalam negeri yang sudah berbasis ekspor. Mungkin kalau saya bisa bilang mayoritas ekspor seperti tekstil pakaian jadi, alas kaki dan sebagainya,” kata Andry.

Kata Andry, ketika pemerintah mengetahui industri mana yang bisa diselamatkan, maka extra effort mesti diberikan ke sana. Sayangnya, Andry menilai sejauh ini banyak kebijakan yang tidak tepat sasaran.

“Salah satunya mungkin kalau bisa kita sebutkan seperti mobil listrik, fasilitasi subsidi dari mobil dan motor listrik itu kan semata-mata bukan menguntungkan industry, tapi justru menguntungkan dealer-dealer dan juga pedagang mobil dan motor,” ungkap Andry.

Karena itu, Indef meminta pemerintah untuk memberi perhatian khusus pada industri yang terdampak, selain tentunya menggali potensi ekspor dan hilirisasi.

“Kembali lagi yang dikejar itu sebetulnya apa, dan apa yang diprioritaskan di tahun ini,” tandas Andry.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah tetap optimistis, waspada, dan antisipatif.

Pemerintah juga menyiapkan berbagai strategi dan kebijakan agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen (yoy) di tahun 2023 dapat tercapai.

“Kalau kita bicara global, memang global masih ada awan hitam, bahkan Managing Director IMF mengatakan Indonesia itu adalah the bright sight in the dark. Nah, tentu Indonesia berharap, karena kita punya resiliensi selama penanganan pandemi COVID-19, ini juga berharap punya resiliensi untuk di tahun 2023 ini,” ujar Menko Airlangga.

Untuk menjaga kinerja sektor manufaktur, Menko Airlangga mengatakan bahwa pemerintah perlu optimistis, tetap menjaga demand, serta melakukan tindak lanjut hilirisasi dan pengembangan ekosistem di sektor manufaktur.

Sedangkan dari sektor riil, kata Airlangga, Pemerintah akan meningkatkan kinerja industri berorientasi ekspor yang semakin berdaya saing.