Imbas Pandemi COVID-19, Indef: Pengangguran di 2021 Meningkat hingga 10,4 Juta Jiwa
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan pada 2021 jumlah pengangguran akan naik seiring dengan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan, pihaknya memprediksi, jumlah pengangguran akan bertambah 3,6 juta jiwa, menjadi 10,4 juta jiwa pada 2021 dengan persentase 7,8 persen dari 4,99 persen.

Rinciannya berasal dari 2,5 juta angkatan kerja baru yang tidak terserap optimal dan 1,1 juta angkatan kerja yang masih belum terserap akibat dampak COVID-19.

"Masih belum pulihnya industri domestik sehingga penyerapan tenaga kerja baru masih sangat terbatas. Industri akan cenderung mempekerjakan tenaga kerja yang sebelumnya dirumahkan atau dikurangi jam kerjanya," tuturnya, dalam diskusi virtual, Senin, 23 November.

Lebih lanjut, Tauhid mengatakan, flexible working arrangement seperti bekerja dari rumah dan digitalisasi yang terjadi ketika masa pandemi, akan membuat kebutuhan akan pekerja khususnya di sektor jasa berkurang.

"Peraturan Pemerintah mengenai Ketenagakerjaan terbaru sebagai peraturan teknis Undang-Undang 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja akan diterbit pada tahun depan memberikan indikasi akan terjadinya gelombang PHK," ucapnya.

Menurut Tauhid, adanya penambahan penganguran ini membuat angka kemiskinan naik di atas dua digit. Karena itu, ia menilai, program pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah khususnya dalam jaring perlindungan sosial harus dievaluasi kembali.

"Ini cukup kita perlu kritisi, meskipun ada beberapa program seperti Kartu PraKerja, ternyata tidak cukup mampu menahan laju pengangguran kita," ucapnya.

Tauhid menjelaskan, perlu upaya yang lebih masif untuk menahan laju bertambahnya pengangguran di tengah pandemi COVID-19 ini.

Prediksi Indef ini, juga diamini oleh Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. Ia menyatakan tantangan ketenagakerjaan bertambah akibat pandemi COVID-19. Padahal sebelumnya, pasar lapangan kerja di Indonesia telah dihadapkan pada disrupsi yang disebabkan oleh otomasi di industri.

Ida mengatakan, akibat pandemi, total angka pengangguran diproyeksi bisa mencapai 12 juta hingga 13 juta orang.

"Memang kita punya tantangan, yaitu otomasi, yang menyebabkan banyak pekerjaan hilang, dan banyak pekerjaan baru tumbuh, sehingga kita harus melakukan transofrmasi dengan mengisi pekerjaan baru itu. Butuh upskilling atau reskilling itu yang sedang dilakukan pemerintah," ujar Ida dalam Grand Opening Mega Digitalk GNIK yang dilakukan secara virtutal, Sabtu, 21 November.