Bagikan:

JAKARTA - Rusia beralih ke amunisi berusia puluhan tahun dengan tingkat kegagalan yang tinggi, saat 'membakar' persediaannya untuk melakukan invasi hampir 10 bulan ke Ukraina, kata seorang pejabat senior militer Amerika Serikat, Senin.

"Mereka telah mengambil dari persediaan amunisi (Rusia) yang sudah tua, yang menunjukkan mereka bersedia menggunakan amunisi yang lebih tua, beberapa di antaranya awalnya diproduksi lebih dari 40 tahun yang lalu," kata pejabat yang berbicara tanpa menyebut nama itu, melansir Reuters 13 Desember.

Amerika Serikat menuduh Rusia beralih ke Iran dan Korea Utara, untuk mendapatkan lebih banyak senjata karena menghabiskan pasokan amunisi regulernya.

Pejabat senior militer AS menilai, Rusia akan menghabiskan stok amunisinya yang dapat digunakan sepenuhnya pada awal 2023, jika tidak mendapatkan pemasok asing dan menggunakan stok yang lebih tua.

"Kami menilai bahwa pada tingkat tembakan yang digunakan Rusia adalah artileri dan amunisi roketnya, dalam hal yang kami sebut artileri dan amunisi roket yang dapat digunakan sepenuhnya. Mereka mungkin dapat melakukannya hingga awal 2023," jelas pejabat itu.

Menggunakan stok amunisi yang lebih tua membawa risiko, kata pejabat itu.

"Dengan kata lain, Anda memuat amunisi dan menyilangkan jari dan berharap itu akan menembak atau ketika mendarat itu akan meledak," terang pejabat itu.

Sementara itu, Iran telah mentransfer drone ke Rusia untuk digunakan di Ukraina, kata pejabat AS dan Ukraina. Moskow juga berusaha untuk mendapatkan ratusan rudal balistik dari Iran dan menawarkan kepada Teheran tingkat dukungan militer dan teknis yang belum pernah terjadi sebelumnya sebagai imbalan, kata Utusan Inggris untuk PBB Barbara Woodward pada Hari Jumat.

Woodward juga mengatakan, Inggris "hampir yakin Rusia sedang mencari sumber persenjataan dari Korea Utara (dan) negara-negara lain yang terkena sanksi berat, karena persediaan mereka sendiri semakin berkurang."

Terpisah, Iran bulan lalu mengakui telah memasok Moskow dengan drone, tetapi mengatakan mereka dikirim sebelum perang di Ukraina.

Kendati demikian, Rusia membantah pasukannya menggunakan pesawat tak berawak Iran untuk menyerang Ukraina, serta membantah Korea Utara memasok senjata.