Bagikan:

JAKARTA - Dian, satu dari empat orang yang tewas dalam rumah di Kalideres, Jakarta Barat, sempat menyisir rambut ibunya walau sudah meninggal. Psikolog Forensik menyebut ia sengaja melakukan hal itu karena tak terima orang tercintanya telah tiada atau disebut sebagai pathological grief.

Adapun, pathological grief adalah kondisi seseorang tidak dapat melepaskan diri dari keterikatan emosinya dengan dia yang meninggalkannya.

"Ada situasi denial pada anaknya, Mbak Dian, dalam betuk pathological grief," ujar Ketua Tim Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumawardhani kepada wartawan, Jumat, 9 Desember.

Dengan begitu, Dian tetap merawat jenazah ibunya, Renny, dengan cara memberi makan dan menyisir rambutnya setiap hari.

Selain itu, alasan lainnya jenazah Renny tak dimakamkan karena kondisi keuangan keluarga yang menurun. Sebab, dari alat bukti rekening koran yang ditemukan nampak keuangan mereka menurun secara drastis.

"Namun karena kondisi keuangan juga menipis, dibutuhkan untuk hidup bagi yang tersisa di sini adalah Budi dan Dian yang masih hidup," ungkapnya.

Alasan itu juga yang diduga menjadi dasar Rudyanto tak dimakamkan. Sehingga diduga Dian dan Budyanto diduga memutuskan membiarkan jenazah tersebut

"Keberadaan mayat Rudy yang sudah meninggal sebelumnya, ini membuat Budi dan Dian sulit untuk kemudian bisa terbuka menghubungi dan meminta bantuan pada keluarga," kata Reni.

Adapun, kebiasaan Dian itu terungkap berdasarkan hasil pemeriksaan saksi pegawai koperasi simpan pinjam yang sempat mendatangi rumah itu pada 13 Mei lalu.

"Tadi saya sudah menyampaikan, pada saat pegawai koperasi simpan pinjam ini menyatakan bahwa ini sudah menjadi mayat, jawaban daripada Dian 'ibu saya ini masih hidup'," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi.

Tak hanya itu, kepada saksi, Dian juga menyebut dirinya selalu memberikan ibunya makanan dan susu. Bahkan, setiap hari dia menyisiri rambut Reni Margaret.

"(Pengakuan Dian, red), Kemudian sambil menyisir karena rambutnya rontok semua," ucap Hengki.

Adapun, penyebab kematian satu keluarga itu telah terungkap. Mereka tewas bukan karena kelaparan melainkan mengalami penyakit tertentu yakni pernafasan hingga serangan jantung.

"Ditemukannya karbohidrat dan serat pada analisa feses bapak Budyanto dan mba Dian itu sudah menyingkirkan asumsi bahwa mereka berdua meninggal karena kelaparan," ujar Dokter Forensik RS Bhayangkara Jakarta, dr. Asri Megaratri Pralebda.

Kemudian, hasil pendalaman juga menyatakan bila mereka tewas karena mengalami penyakit tertentu. Misalnya, Budyanto yang disebut meninggal karena mengalami penyakit saluran cerna.

Lalu, Reni Margareta Gunawan yang tewas karena mengalami kelainan pada payudara.

"Sedangkan sebab kematian yang pasti dari Budyanto adalah serangan jantung yang baru atau akut," ungkapnya.

Terakhir, untuk penyebab tewasnya Dian karena mengalami gangguan pernafasan yang kronis.

"Keempat jenzah secara yakin kami tidak menemukan tanda-tanda kekerasan maupun luka-luka pada keempatnya," kata Asri.