Indonesia Gelar Konferensi Internasional Pendidikan Wanita Afghanistan, Menlu Retno: Kita Harus Melakukan Sesuatu
Menlu Retno Marsudi. (Twitter/@Kemlu_RI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meyakini investasi pada wanita, merupakan investasi untuk masa depan yang lebih cerah, dengan perempuan dapat memberikan kontribusi penting.

Itu dikatakan Menlu Retno saat memberikan keterangan pers bersama Wakil Menteri Luar Negeri Qatar Lolwah Rashid Al-Khater, usai penutupan 'International Conference on Afghan's Women Education' (ICAWE) di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, yang digelar Indonesia bersama Qatar.

"Ini adalah Konferensi Internasional pertama tentang masalah ini, menunjukkan upaya internasional kolektif dan bersatu yang kuat," ujar Menlu Retno dalam keterangan pers Kamis 8 Desember.

"Saya sangat yakin, berinvestasi pada wanita berarti berinvestasi pada masa depan yang lebih cerah. Dengan adanya kesempatan, perempuan dapat memberikan kontribusi penting bagi masyarakat," papar Menlu Retno.

Menurut UN Women, lanjut Menlu Retno, lebih dari 11 juta perempuan dan anak perempuan Afghanistan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. ​

Dan, data dari UNDP menyebutkan bahwa pembatasan terhadap perempuan dapat merugikan ekonomi Afghanistan sebesar 1 miliar dolar AS atau 5 persen dari PDB-nya, katanya.

Tak hanya itu, Indeks Kesenjangan Gender Forum Ekonomi Dunia 2021 menempatkan Afghanistan di urutan terakhir dari 156 negara.​

"Dengan situasi ini, kita tidak bisa memilih untuk tetap diam, kita harus melakukan sesuatu," tegas Menlu Retno.​

pelajar wanita afghanistan
Ilustrasi pelajar wanita Afghanistan. (Wikimedia Commons/POA(Phot)/Sean Clee)

​"Selama diskusi, saya menyarankan tiga hal untuk menjadi fokus agenda ini. ​Pertama, menciptakan kondisi yang kondusif bagi partisipasi perempuan dalam masyarakat.​ Kedua, menjamin pendidikan untuk semua. Dan ketiga, memobilisasi dukungan internasional," urainya. ​

Diketahui, gelaran ICAWE ini diikuti oleh perwakilan dari 38 negara, empat organisasi internasional, sembilan LSM dan bisnis, serta sembilan tokoh perempuan dan akademisi.

Selain itu, gelaran konferensi kali ini juga menghasilkan 'The Bali Message' yang berisikan 10 poin seputar pendidikan wanita dan Afghanistan.

Beberapa poin penting dari 'The Bali Message' antara lain, dukungan kuat untuk setiap inisiatif untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi realisasi dialog intra-Afghanistan yang inklusif, menuju perdamaian yang berkelanjutan dan abadi di Afghanistan.

Berikutnya, perempuan dan anak perempuan adalah kunci pembangunan, perdamaian dan kemakmuran Afghanistan. Memastikan partisipasi penuh, setara dan bermakna mereka dalam masyarakat akan memungkinkan Afghanistan untuk mencapai potensi penuhnya.

Kemudian,ada seruan dan dukungan yang kuat untuk menghormati hak-hak perempuan dan anak perempuan di Afghanistan, termasuk hak mereka atas pendidikan.

Dan, Afghanistan perlu terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak perempuan Afghanistan, menjaga pemenuhan hak-hak dasar mereka, termasuk hak atas pendidikan.