Bagikan:

JAKARTA - Tamila Pehyda, seorang pensiunan guru sekolah, menangis saat para penggali kubur menggali jenazah suaminya, dengan seorang ahli patologi forensik kemudian memeriksanya untuk menentukan penyebab kematiannya.

Seperti yang diduga, Serhiy, yang berusia 70 tahun ketika dia meninggal pada bulan Juni di desa Vysokopillia, Ukraina selatan, terbunuh oleh pecahan peluru selama penembakan artileri berat ketika Ukraina berusaha merebut kembali wilayah dari Rusia.

Proses mengerikan itu diatur oleh otoritas Ukraina yang mengumpulkan bukti, tentang bagaimana orang meninggal dan apakah potensi kejahatan perang telah dilakukan oleh pasukan Rusia yang berperang di Ukraina.

Mereka, dan banyak kerabat yang terlibat, ingin meminta pertanggungjawaban Rusia atas apa yang telah terjadi sejak invasi besar-besaran ke Ukraina pada 24 Februari.

"Tentu saja, mereka harus bertanggung jawab atas segalanya, baik secara moral maupun fisik," kata Tamila kepada Reuters, seperti dilansir 6 Desember.

"Berapa banyak kesedihan yang mereka bawa ke sini. Untuk anak-anak, untuk cucu."

Seperti banyak orang Ukraina dari desa dan kota yang sebagian besar telah diratakan dalam pertukaran artileri dan pertempuran jarak dekat, dia melarikan diri dari Vysokopillia sebisa mungkin. Tapi, Serhiy memutuskan untuk tetap tinggal.

korban perang ukraina
Aparat Ukraina mengevakuasi rudal Rusia yang gagal meledak. (Wikimedia Commons/DSNS.gov.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Tamila akan menguburkan suaminya di kuburan permanen. Menurut tradisi, dia meletakkan topi, kacamata dan sisir Serhiy di peti mati sebelum jenazahnya dimakamkan.

Begitu pula Tetiana Muzychko (58), wakil kepala kotamadya setempat yang lari ke rumah Serhiy ketika mendengar ledakan keras.

Dia mengatakan Serhiy sadar ketika dia menemukannya, tetapi luka di kaki dan tubuh bagian bawahnya sangat parah sehingga dia meninggal.

"Lukanya tidak memungkinkan dia bertahan hidup, " katanya sambil menghibur Tamila di hari yang dingin tanpa matahari.

"Mereka (pasukan Rusia) berkata: 'Mengapa Anda menembaki kami? Kami datang untuk membebaskan Anda.' Saya bertanya kepada mereka: 'Bebaskan kami dari apa? Dari fakta bahwa kami hidup dengan baik, lebih baik dari Anda?'" jelas Muzychko.

Dia berharap Rusia akan dimintai pertanggungjawaban di tingkat tertinggi atas dugaan pelanggaran selama perang, termasuk oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag.

"Mereka harus bertanggung jawab atas semua yang telah mereka lakukan," tukasnya.

Sementara itu, Ruslan Gavrylov, kepala kantor kejaksaan di kota terdekat Beryslav, mengawasi penggalian dan pemeriksaan. Karena penyebab kematiannya jelas, dia mengatakan otopsi tidak diperlukan.

Dia dan orang lain yang menyelidiki potensi kejahatan, menghadapi tugas yang tidak biasa dan terkadang berbahaya saat konflik sedang berkecamuk.

Pekan lalu, jaksa Oleg Palagniuk mengambil gambar kerusakan dari serangan roket malam hari di sebuah blok apartemen perumahan di Kota Kherson, ketika salvo roket dari seberang sungai Dnipro bergemuruh ke lingkungan terdekat.

Dia secara naluriah mengenakan helmnya, tetapi tidak ada tempat untuk bersembunyi dan dia terus bekerja.

Pekerjaan Palagniuk semakin intensif sejak pasukan Rusia mundur dari Kherson ke tepi timur Sungai Dnipro bulan lalu. Setelah mundur dalam salah satu pembalikan perang terbesar sejauh ini, pasukan Rusia telah menembaki Kherson.

"Tim investigasi tiba, mencatat semuanya dan segera meninggalkan tempat kejadian karena ada risiko penembakan berulang," katanya kepada Reuters.

"Setelah penembakan kemarin, separuh kota kembali tidak memiliki listrik, air, dan komunikasi. Ini sangat sulit. Tapi kami harus bekerja," tukasnya.

perang ukraina
Otoritas Ukraina memeriksa jenazah di lokasi kuburan massal. (Wikimedia Commons/armyinform.com.ua)

Sejak kota itu dibebaskan, jaksa setempat telah mencatat 1.500 dugaan kejahatan di Kota Kherson, tambahnya. Itu terlalu banyak baginya dan timnya untuk diperiksa dengan benar.

Berbagai investigasi kejahatan perang sedang berlangsung di Ukraina, terhadap tersangka pelaku konflik sejak pencaplokan Krimea secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014.

Otoritas peradilan lokal diperkirakan akan meneruskan kasus-kasus yang melibatkan pelaku tingkat tinggi, kekejaman massal dan pelanggaran hukum humaniter yang meluas ke pengadilan kejahatan perang permanen dunia, ICC.

Kasus spesifik mana yang pada akhirnya akan masuk ke Den Haag akan ditentukan oleh jaksa agung Ukraina, Andriy Kostin, dengan bantuan tim ahli hukum humaniter internasional yang bekerja bersama jaksa seperti Palagniuk.

Diketahui, Moskow membantah tuduhan telah menargetkan warga sipil dan menolak tuduhan kejahatan perang. Sementara, Puluhan ribu orang, baik kombatan maupun warga sipil, tewas dalam pertempuran tersebut.

Rusia menuduh pasukan Ukraina melakukan pelanggaran mereka sendiri.

Sejauh ini, lebih dari 50.000 insiden kejahatan internasional telah dilaporkan oleh Jaksa Agung Ukraina sejak invasi besar-besaran Rusia. Ratusan kasus kejahatan perang, genosida dan kejahatan agresi dikejar oleh otoritas Ukraina.