Bagikan:

JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan sejumlah alasan orang tua enggan melakukan imunisasi polio kepada anaknya di Provinsi Aceh, khususnya di Kabupaten Pidie.

Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik IDAI Dr dr Raihan, SpA(K) menyebutkan hasil survei yang telah dilakukan bersama dinas kesehatan setempat.

“Kalau untuk (imunisasi) oral mereka merasa tidak perlu, ini lumayan sampai 40 persen orang tua merasa tidak perlu. Mungkin karena pemahaman terhadap penyakit yang mungkin akan diderita oleh anak-anaknya tidak begitu baik," ujar Raihan dilansir ANTARA, Jumat, 2 Desember.

Dokter spesialis anak yang bertugas di Aceh tersebut juga menjabarkan sebanyak 30 persen orang tua di Pidie khawatir apabila anaknya rewel, demam dan menjadi sakit-sakitan setelah imunisasi.

"Alasan keyakinan dan agama justru tidak menempati urutan pertama. Masih ada yang kurang paham untuk polio tetes aja, mereka takut disuntik," ujar dia.

Karenanya banyak orang tua di Kabupaten Pidie yang menganggap tidak perlu memberikan imunisasi pada anaknya.

Raihan menjelaskan berdasarkan survei cepat yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan UNICEF pada 26 rumah tangga di Desa Mane, lokasi terdeteksinya kejadian luar biasa (KLB) polio, terdapat 33 anak yang usianya 0- 59 bulan dan 49 anak lainnya. Namun hanya delapan anak yang mendapat imunisasi tetesan polio.

Sedangkan untuk imunisasi polio dalam bentuk suntikan, tidak ada satu pun anak yang mendapatkannya, dikarenakan takut pada efek sampingnya.

Kemudian adat tradisi di Aceh anak-anak biasanya dilakukan Peutron Aneuk, atau turun tanah setelah berusia 44 hari, yang mana karena belum waktunya turun tanah, imunisasi jadi tidak dilakukan.