Waduh! 242 Anak di Aceh Timur Miliki Gejala Klinis Campak Rubela, 4 Terkonfirmasi Positif
Dokumentasi - Warga membawa anaknya divaksinasi saat berlangsung imunisasi di Posyandu, Kuta Alam, Banda Aceh, Aceh, Selasa (19/7/2022). ANTARA

Bagikan:

ACEH - Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur menyatakan sebanyak 242 anak di kabupaten tersebut memiliki gejala klinis penyakit campak rubela.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur Sahminan mengatakan, dari 242 anak yang memiliki gejala tersebut, empat di antaranya terkonfirmasi rubela.

"Terhadap anak yang memiliki terkonfirmasi serta gejala campak rubela tersebut ditangani dengan baik. Termasuk upaya mencegah agar tidak menular kepada yang lain," kata Sahminan di Aceh Timur, Antara, Rabu, 21 September. 

Selain campak, kata Sahminan, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur juga mencatat sejumlah penyakit terhadap anak-anak. Di antaranya acute flaccid paralysis (AFP) atau biasa dikenal dengan lumpuh layu.

Penyakit lumpuh layu di Kabupaten Aceh Timur tersebut dialami dua anak, yakni berada di Kecamatan Nurussalam dan Kecamatan Peudawa, kata Sahminan.

"Kami juga menangani kasus difteri dengan penderita empat anak. Namun, dua di antaranya meninggal dunia. Dua lainnya masih dalam penanganan dan pemantauan," kata Sahminan.

Kemudian, tiga anak di tiga kecamatan yaitu di Kecamatan Julok, Rantau Seulamat, dan Idi Rayeuk juga terkena pertusis atau penyakit batuk yang bisa menular.

Sahminan mengatakan upaya pencegahan semua penyakit anak tersebut di antaranya dengan pemberian imunisasi lengkap seperti vaksin OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib.

Sahminan menyebutkan capaian imunisasi campak rubela selama program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di daerah itu baru tercapai 19,4 persen atau 23.804 anak yang sudah mendapat imunisasi.

Sementara target cakupan pemberian imunisasi tambahan campak rubela yaitu minimal 95 persen dari keseluruhan dan sasaran dan merata di seluruh desa di Kabupaten Aceh Timur.

Ia mengatakan rendahnya capaian vaksin tersebut akibat beberapa faktor, seperti orang tua tidak mengizinkan anaknya untuk diimunisasi, tidak ada dukungan dari pihak keluarga.

"Bahkan masih banyak masyarakat meragukan kehalalan vaksin serta khawatir efek samping seperti demam, dan bengkak di sekitar titik penyuntikan," kata Sahminan.

Meskipun demikian, pihaknya terus menyosialisasikan kepada masyarakat penyakit yang dicegah dengan imunisasi seperti penyakit polio, tetanus neonatorum, campak rubela, difteri, pertusis, dan lainnya.

"Imunisasi ini penting. Sebab, dengan imunisasi tubuh si anak memiliki kekebalan, sehingga tubuhnya mampu bertahan melawan serangan berbagai penyakit," kata Sahminan.