Bagikan:

JAKARTA - Sebuah pabrik di Khomein, Iran, memproduksi bendera Amerika Serikat (AS) dan Israel. Pabrik tersebut memproduksi masing-masing sebanyak 2.000 bendera. 

Bisnis pabrik bendera tersebut cukup lancar karena bendera AS diminati di Iran untuk aksi protes di negara tersebut yang sedang banyak terjadi. Tak hanya AS, kebanyakan aksi protes tersebut disertakan dengan pembakaran bendera Israel dan Inggris.

Ketegangan antara AS dan Iran telah mencapai tingkat tertinggi dalam beberapa dekade setelah Komandan Tertinggi Iran Qassem Soleimani terbunuh pada serangan pesawat tak berawak milik AS di Baghdad pada 3 Januari. Peristiwa tersebut mendorong Iran untuk membuat serangan balasan dengan meluncurkan rudal terhadap pangkalan AS di Irak. 

“Kami tidak memiliki masalah dengan orang Amerika dan Inggris. Kami memiliki masalah dengan pemerintah mereka. Kami juga memiliki masalah dengan presiden mereka, dengan kebijakan yang mereka terapkan," ujar Ghasem Ghanjani, salah seorang pemilik pabrik bendera. 

“Orang-orang Amerika dan Israel tahu bahwa kami tidak memiliki masalah dengan mereka. Jika orang-orang membakar bendera negara-negara ini pada aksi unjuk rasa, itu hanya untuk menunjukkan protes mereka," tambahnya. 

Melansir Reuters, Kamis 30 Januari, seorang manajer kontrol kualitas pabrik bendera bernama Rezaei, mengatakan bahwa pembakaran atau penginjakkan bendera tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan membunuh. Ia juga menjelaskan bahwa pembakaran bendera adalah satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan. 

"Dibandingkan dengan tindakan pengecut AS, seperti membunuh Jenderal Soleimani, ini (membakar bendera AS) adalah perihal hal yang kecil buat mereka. Dan hanya ini hal yang paling bisa kami lakukan,” kata Rezaei. 

Bagi kelompok garis keras, sentimen anti-Amerika selalu menjadi pusat revolusi Islam Iran. Para pemimpin ulama di Iran terus mengecam Amerika Serikat sebagai dan menyebut AS 'setan yang hebat'.

Namun meski demikian, para demonstran muda di Teheran menolak untuk menginjak atau membakar bendera AS. Hal tersebut dilakukan setelah pemerintah Iran terlambat mengakui bahwa pihakya yang menembak pesawat Ukraina.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengaku tidak sengaja menembak jatuh pesawat Boeing 737-800 milik Ukraine Airlines dan menewaskan 176 orang. Melalui akun Twitter resminya, Rouhani mengatakan bahwa tembakan itu diluncurkan karena kesalahan pasukan keamanannya.