JAKARTA - Kepala pengadilan pemilihan Brasil Alexandre de Moraes pada Hari Rabu menolak pengaduan dari sekutu Presiden Jair Bolsonaro, terkait keberatan mengenai pemilihan presiden lalu, di mana petahana kalah dengan selisih perolehan suara yang kecil, menurut dokumen pengadilan.
Mantan presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva mengalahkan Bolsonaro dalam pemilihan putaran kedua 30 Oktober, menandai kebangkitan yang menakjubkan bagi mantan presiden sayap kiri dan akhir dari pemerintahan sayap kanan Brasil dalam beberapa dekade, melansir Reuters 24 November.
Margin kemenangan Lula kurang dari dua poin persentase. Lula memenangkan 50,9 persen suara dibandingkan dengan 49,1 persen untuk Bolsonaro, kata Mahkamah Agung Pemilu, yang menyatakan mantan Presiden Lula sebagai pemenang.
Moraes, yang menjabat sebagai hakim Mahkamah Agung, juga mendenda partai-partai dalam koalisi Bolsonaro hingga 22,9 juta reais (4,27 juta dolar AS) untuk apa yang digambarkan pengadilan sebagai litigasi dengan itikad buruk, dokumen itu menunjukkan.
Pada Hari Selasa, Partai Liberal (PL) Bolsonaro mengajukan pengaduan untuk menggugat hasil pemilu, dengan mengklaim beberapa mesin pemungutan suara elektronik cacat dan suara tersebut harus dibatalkan, sebuah argumen yang ditanggapi dengan skeptis oleh otoritas pemilu.
Berdasarkan ketentuan keputusan pengadilan pemilihan Hari Rabu, dana politik untuk partai koalisi presiden diperintahkan diblokir sampai denda dibayarkan.
Putusan itu juga memerintahkan penyelidikan atas penyalahgunaan struktur dan dana partai oleh Ketua PL Valdemar da Costa Neto.
Dalam putusan tersebut, Moraes menggambarkan keberatan tersebut sebagai "ofensif" terhadap norma-norma demokrasi, menambahkan bahwa hal itu berusaha untuk mendorong gerakan kriminal dan anti-demokrasi.
"Kotak suara menghasilkan file yang memungkinkan untuk mengidentifikasi dengan tepat peralatan yang digunakan. Ketika salah satu dari mekanisme ini berhenti bekerja, yang lain menggantinya, tanpa memengaruhi ketertelusuran dan kemungkinan mengidentifikasi kotak suara," menurut keputusan tersebut.
Sementara itu, pakar pemilu dan analis politik mengecam tantangan pemilu dari sekutu Bolsonaro sebagai hal yang lemah, meskipun itu masih bisa memicu para pendukung yang telah memprotes kekalahannya di tempat pemungutan suara.
BACA JUGA:
Diketahui, Bolsonaro tetap diam di depan umum selama hampir 48 jam setelah pemilihan diadakan pada 30 Oktober, masih belum mengakui kekalahan, meskipun dia memberi wewenang kepada pemerintahnya untuk mulai mempersiapkan transisi presiden.
Sebagai alah satu satu sosok di Brasil yang paling aktif tampul di media sosial dan acara publik,
Bolsonaro hampir menghilang dari publik dalam tiga minggu terakhir, dengan sedikit atau tanpa agenda formal atau pernyataan publik hampir setiap hari.