JAKARTA - Puan Maharani dan Ganjar Pranowo tampak mesra di Solo pada akhir pekan lalu. Hal itu menjadi alarm bagi partai politik lain yang acap kali melirik Ganjar terkait Pilpres 2024.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Andriadi Achmad menilai, kebersamaan keduanya bisa menutup pintu partai lain untuk mengusung Ganjar sebagai Capres 2024.
"Alarm bagi parpol lain bahwa konsolidasi antara Puan dan Ganjar menutup kemungkinan parpol yang berminat untuk mencapreskan Ganjar dalam Pilpres 2024," kata Andriadi kepada VOI, Selasa, 22 November.
Mesranya dua politikus PDI Perjuangan (PDIP) itu juga mempersempit ruang calon presiden Partai NasDem Anies Baswedan untuk memasukan nama Ganjar sebagai calon wakil presiden pendampingnya.
Meski demikian, Andriadi menilai hal itu bukan masalah besar bagi Anies. Yang perlu dikhawatirkan adalah ketika wacana koalisi dengan PKS dan Partai Demokrat tidak terealisasi sehingga niat NasDem mengusung Anies menemui jalan buntu.
"Tapi yang perlu dikhawatirkan Anies dan NasDem adalah ketika kawan koalisi yaitu PKS dan Demokrat tidak jadi bergabung dalam koalisi," ujarnya.
Disharmoni Puan-Ganjar Melemahkan PDIP
Hubungan Puan Maharani dan Ganjar Pranowo diisukan memanas ketika Gubernur Jawa Tengah itu memantaskan diri melalui media sosial sebagai Capres 2024.
Meski PDIP telah membantah isu tersebut, keberhasilan Ganjar mencitrakan diri dalam berbagai survei dan kerap masuk tiga besar capres potensial 2024 membuat disharmoni dengan Puan disebut-sebut makin menajam.
"Fenomena ini membuat kalangan internal PDIP, menganggap manuver Ganjar seolah melangkahi Ketua Umum PDIP. Sehingga loyalis Puan Maharani di PDIP, merasa bahwa Ganjar terlalu narsis menjual diri di medsos untuk meraih popularitas," kata Andriadi.
BACA JUGA:
Pada Senin 24 Oktober, akhirnya Ganjar dijatuhi sanksi berupa teguran lisan oleh Bidang Kehormatan DPP PDIP akibat pernyataannya siap menjadi Capres 2024.
Menurut Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC itu, sebetulnya secara pribadi Puan dan Ganjar tidak ada persoalan. Puan merupakan cucu biologis dan ideologis Soekarno, sedangkan Ganjar Pranowo merupakan cucu ideologis Soekarno.
Andriadi memandang PDIP harusnya mencermati isu disharmoni antara sesama kadernya. Dia bilang ketidakharmonisan Puan dan Ganjar yang dirasakan publik dapat merugikan PDIP.
"Sebetulnya, disharmoni antara Puan dan Ganjar bisa melemahkan dan merugikan PDIP sendiri," tandasnya.
Maka dari itu, kata dia, kemesraan Puan dan Ganjar yang terlihat saat Muktamar Muhammadiyah pada 18-20 November lalu itu, patut dirawat agar tidak menjadi bomerang bagi partai.