BANDA ACEH - Pemerintah Kota Banda Aceh menargetkan penurunan stunting di ibu kota Provinsi Aceh itu menjadi lima persen pada akhir 2022 dari angka saat ini sebesar 7,4 persen.
"Kami menargetkan angka stunting di Banda Aceh turun menjadi lima persen di akhir tahun 2022," kata Penjabat (Pj) Wali Kota Banda Aceh Bakri Siddiq di Banda Aceh, Jumat 18 November malam dikutip dari Antara.
Bakri menyampaikan meski angka stunting Banda Aceh 7,4 persen lebih atau lebih baik dari rata-rata nasional dan provinsi, ia tetap meminta semua pihak untuk tidak cepat puas.
"Jangan cepat berpuas diri meski angka stunting kita hari ini lebih baik dari nasional dan provinsi. Kita tetap harus kerja keras," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, prevalensi stunting nasional berdasarkan data dari studi survei gizi Indonesia tercatat 24,4 persen. Sementara angka prevalensi stunting di Aceh mencapai 33,2 persen (data 2021).
Bakri menuturkan, dalam rangka percepatan penurunan stunting di Banda Aceh, terdapat dua komponen penting yang wajib berjalan beriringan, yakni komitmen pentahelix dalam bekerjasama dan bermitra, serta peran keluarga.
"Peran keluarga sangat penting dalam mencegah stunting pada setiap fase kehidupan," katanya.
Dalam kesempatan ini, Bakri juga meminta kepada aparatur desa, bidan desa, dan petugas gizi Puskesmas untuk bersama-sama dengan kader melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita yang berpotensi stunting. Sehingga data yang dihasilkan berkualitas.
Selain itu, Bakri juga menginstruksikan kepada para Camat untuk memfasilitasi dan mengkoordinir desa di bawahnya. Pastikan kegiatan untuk penurunan dan pencegahan stunting dapat dikelola dengan dana transfer desa melalui lima paket layanan pokok.
BACA JUGA:
"Layanan tersebut yakni kesehatan ibu dan anak (KIA), konseling gizi terpadu, perlindungan sosial, sanitasi dan air bersih serta layanan pendidikan anak usia dini," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Bakri, ia berharap adanya partisipasi aktif masyarakat serta dinas terkait agar tidak berhenti melakukan sosialisasi, terutama bagi warga yang memiliki balita agar mereka rutin melakukan timbang berat badan anak.
"Masing-masing 'stakeholder' dapat mengambil perannya untuk bekerjasama melakukan percepatan penurunan penyakit yang sering disebut gagal tumbuh itu," demikian Bakri Siddiq.