Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah meminta masyarakat tetap menerapkan disiplin protokol kesehatan selama COVID-19 masih bermutasi. Termasuk memperkuat self control atau pengendalian diri akan pentingnya menjaga kesehatan.

“Kalau ada yang punya gejala batuk, pilek, apalagi sampai demam tinggi segera lakukan self control. Lakukan pengendalian diri karena adanya risiko tinggi di sekitar kita akibat adanya COVID-19,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro dalam keterangan tertulis, Senin 14 November.

Sebab berdasaran riset, kata Reisa, sebanyak 1.373 pasien COVID-19 yang meninggal ternyata 84 persen di antaranya belum melakukan booster. Itu berarti sebanyak 1.153 pasien meninggal belum menjalani vaksinasi dosis penguat.

Data yang dihimpun berdasarkan riset yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dari tanggal 4 Oktober-8 November 2022 itu juga memaparkan, 10.639 pasien dengan gejala sedang, berat hingga kritis, sebanyak 74 persennya pun belum melanjutkan vaksinasi hingga dosis booster.

Reisa menuturkan, salah satu bentuk umum pengendalian diri dengan melakukan penegakan diagnosa penyakit, melalui tes pemeriksaan COVID-19 baik PCR atau antigen.

Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui secara pasti penyakit yang diderita oleh seseorang.

Diharapkan tes pemeriksaan COVID-19 segera dilakukan, meskipun seseorang hanya merasakan gejala ringan seperti batuk, pilek dan demam. Sebab lebih baik bersikap waspada terhadap potensi penularan dibandingkan bersikap abai karena gejala yang ringan atau tidak bergejala.

Hal kedua yang harus diperhatikan dalam pengendalian diri, yakni mengetahui tata laksana penyembuhan. Di mana tata laksana dijalankan untuk meminimalkan risiko penularan pada orang sekitar salah satunya dengan segera mendapatkan booster dan tidak keluar rumah jika merasa tidak enak badan.

“Vaksinasi lengkap ini sudah terbukti bahkan melindungi tubuh kita dan mengurangi risiko pemburukan ataupun kematian. Namun ingat seiring berjalan waktu, antibodi kita akan turun sehingga antibodi ini membutuhkan adanya booster agar jumlahnya meningkat kembali dan kita memiliki perlindungan yang optimal,” ujar Duta Adaptasi Kebiasaan Baru itu.

Reisa menekankan cakupan vaksinasi booster harus terus ditingkatkan supaya dapat melindungi kelompok masyarakat yang belum bisa mengikuti atau mendapatkan vaksinasi COVID-19, seperti lansia dengan penderita komorbid, anak-anak di bawah usia enam tahun atau ibu hamil.

“Kalau melihat data ini seharusnya kita makin sadar bahwa sepertinya perlindungan diri dan melakukan vaksinasi booster, harus dilengkapi dengan protokol kesehatan,” tandasnya.