JAKARTA - Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson melakukan perjalanan ke Turki pada Hari Selasa, berharap janji baru untuk memperkuat upaya kontraterorisme NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) akan membantu memuluskan jalan Swedia dan Finlandia ke dalam aliansi.
Sebelum berangkat ke Ankara, Kristersson mengumumkan bantuan 10 juta crown Swedia (923.000 dolar AS) untuk mendukung dana kontraterorisme NATO.
Dia mengatakan Swedia akan melakukan 'lebih banyak' untuk memerangi ekstremis di dalam negeri, dengan undang-undang baru untuk memperkuat tangan otoritas kontraterorisme.
Ini adalah langkah terbaru yang diambil Swedia untuk meredakan kritik dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, bahwa mereka lunak terhadap terorisme.
"Fakta bahwa pemerintah Swedia menanggapi terorisme dan ekstremisme kekerasan dengan sangat serius, tentu saja merupakan pesan penting bagi Presiden Erdogan dan Pemerintah Turki,” kata PM Kristersson, melansir The National News 8 November.
"Menjelang pertemuan kami di Ankara, saya ingin memberi tahu Anda hari ini bahwa Swedia semakin memperkuat kerja sama internasional kami melawan terorisme," sambungnya.
Dana kontraterorisme sukarela NATO mendukung proyek-proyek seperti mempersiapkan tentara untuk bahan peledak improvisasi, hingga melatih ahli intelijen senjata.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menggambarkan pertemuan pada Hari Selasa sebagai hal yang penting.
Meskipun Swedia dan Finlandia telah mengambil beberapa langkah untuk mendapatkan persetujuan Turki, "sulit untuk mengatakan bahwa mereka telah memenuhi janji mereka pada tahap ini," kata Menlu Cavusoglu.
Diketahui, ketiga negara menandatangani pakta pada Bulan Juni, di mana Swedia dan Finlandia setuju untuk mengambil tindakan terhadap kelompok Kurdi yang dianggap Turki sebagai teroris.
Namun, Turki mengatakan tidak akan puas sampai janji mereka berubah menjadi kenyataan.
BACA JUGA:
Kristersson, yang menggantikan Magdalena Andersson sebagai Perdana Menteri Swedia bulan lalu, telah berjanji untuk mengimplementasikan kesepakatan itu tanpa membuat konsesi lebih lanjut ke Turki.
Sejak menjabat, pemerintahan Kristersson telah membuang kebijakan luar negeri feminis unggulan Swedia, membuka pintu untuk penempatan senjata nuklir NATO di wilayahnya.
Swedia dan Finlandia mengubah kebijakan netralitasnya untuk mencari keanggotaan NATO, setelah invasi Rusia ke Ukraina mengubah gambaran keamanan di ujung utara Eropa.