JAKARTA - Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin menyebut pihaknya berencana untuk merekrut para anggota karang taruna sebagai pekerja kontrak dengan perjanjian kerja watu tertentu (PKWT) yang bertugas mendistribusikan air bersih.
Hal ini, kata Arief, akan diterapkan pada kawasan yang belum terjangkau layanan perpipaan oleh PAM Jaya. Sehingga, para karang taruna ini nantinya akan mendistribusikan air bersih dari kios-kios air untuk diantar ke rumah warga.
"Kita mau menggunakan titik-titik kelurahan atau titik-titik masyarakat yang bisa kita sewa langsung dan kita akan bersinergi dengan karang taruna," kata Arief saat ditemui di kawasan Jakarta Utara, Selasa, 8 November.
Dalam pendistribusian air bersih, PAM Jaya akan melakukan pengadaan gerobak sepeda motor untuk mengantar air-air yang dibeli warga. Menurut dia, hal ini lebih efektif ketimbang mendistribusikan air lewat gerobak yang digerakkan menggunakan tenaga manusia.
Rencana ini, lanjut Arief, akan kembali dibahas oleh para wali kota terkait perekrutan anggota karang taruna hingga penempatan layanan kios airnya.
"Demikian nanti modelnya akan sedikit berbeda. Kita treatment-nya tidak pakai bisnis, tapi pendekatan dari merekrut atau memperkerjakan teman-teman karang taruna yang memang mempunyai waktu untuk bergerak membantu masyarakat dan kita treatment-nya seperti kita treatment PKWT," ujar dia.
Arief berujar, perekrutan dengan model PKWT untuk melayani pendistribusian air bersih ini dilakukan untuk menghindari lonjakan tarif air bersih yang diantar menggunakan gerobak dengan tenaga manusia.
Sebab, PAM Jaya telah menetapkan tarif yang dibayar warga untuk membeli air bersih dari kios air, yakni Rp400 per 20 liter kepada warga yang mengambil air di lokasi kios air atau Rp1.200 per 20 liter untuk warga yang membeli air yang diantar ke rumah.
Lalu, PAM Jaya juga berencana merekrut warga yang selama ini bekerja sebagai pelaku distribusi air menggunakan gerobak untuk menghindari konflik sosial atas perekrutan PKWT ini.
BACA JUGA:
"Metode berikutnya kami coba rapikan. Bisa jadi, tenaga pun diambil dari yang eksisting. Kami coba supaya tidak ada gesekan di masyarakat. Tetapi, yang terpenting adalah distribusi airnya harus merata dan harganya tetap. Sehingga, tidak ada isu tentang harga air tiba tiba jadi Rp5 ribu. Itu yang penting," imbuhnya.