TELUK WONDAMA - Di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, terdapat satu TPS yang berada di kampung terisolir. Biaya pengiriman logistik dan penarikan logistik Pilkada ke dana menghabiskan dana Rp120 juta karena harus memakai helikopter.
Padahal yang dikirim hanyalah satu kotak suara, tiga bilik suara dari bahan karton serta surat suara yang tidak terlalu banyak jumlahnya. Selain itu juga formulir serta sarana prasara protokol kesehatan, di antaranya ember untuk tempat air mencuci tangan, dan alat pelindung diri bagi petugas KPPS.
TPS itu berada di Kampung Oya, Distrik Naikere, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kaimana. Hanya helikopter satu-satunya alat transportasi yang dapat menjangkau kampung itu.
Sebagai informasi, pada saat Pemilu 2019, distribusi logistik ke Kampung Oya dilakukan dengan berjalan kaki dengan memikul semua barang itu.
Jika berjalan kaki sambil memikul semua keperluan bahan pangan dan perlengkapan petugas pengantar serta logistik Pemilu waktu itu, diperlukan waktu antara tiga hingga lima hari untuk sampai di kampung terluar Teluk Wondama itu. Jika cuaca hujan dan sungai meluap perjalanan bisa mencapai tujuh hari.
Ketua KPUD Kabupaten Teluk Wondama, Monika Elsy Sanoi, bersama Ketua Badan Pengawas Pemilu, Menahen Sabarofek, mengawal langsung pendistribusian logistik Pilkada 2020 itu ke sana pada Selasa, 8 Desember.
"Mau tidak mau rekanan pemenang tender harus menyewa helikopter untuk mengantar dan menjemput logistik Pilkada 2020 termasuk personil pengamanan TPS," ujar Sanoi, di Bandara Wasior dikutip Antara.
BACA JUGA:
Sanoi menjelaskan distribusi logistik ke Kampung Oya rencananya dilakukan pada Minggu, 6 Desember. Namun akibat kendala teknis distribusi baru bisa dilaksanakan sehari sebelum pencoblosan.
Rekanan KPUD Teluk Wondama yang menjadi pelaksana, menyebutkan biaya sewa helikopter untuk sekali penerbangan pulang-pergi mencapai Rp 60 juta. Uang segitu banyak dikalikan dua karena helikopter itu juga harus mengambil semua logistik Pilkada itu ke Wasior.
"Biaya sewanya per empat jam Rp 60 juta. Itu cukup untuk perjalanan pergi dan pulang," katanya mengatakan helikopter itu didatangkan dari penyedia jasa di Kabupaten Nabire, Papua.