Tingkatkan Tekanan Terhadap Pemerintah Teheran, Mahasiswa Iran Gelar Aksi Mogok
Ilustrasi protes di Iran. (Wikimedia Commons/Darafsh)

Bagikan:

JAKARTA - Mahasiswa Iran mendesak maju menggelar aksi mogok dengan cara duduk pada Hari Selasa, untuk mendukung beberapa protes terbesar sejak revolusi 1979, mengabaikan peringatan keras oleh pasukan keamanan elite dan tindakan tegas pemerintah Teheran.

Iran menghadapi demonstrasi anti-pemerintah yang berkelanjutan sejak wanita Iran-Kurdi Mahsa Amini (22) meninggal dalam tahanan polisi moral tujuh minggu lalu, setelah dia ditangkap karena mengenakan pakaian yang dianggap "tidak pantas".

Kantor berita aktivis HRANA mengatakan, aksi duduk terjadi di beberapa kota termasuk Teheran dan Isfahan.

Salah satu tantangan paling berani bagi para pemimpin ulama Iran dalam beberapa dasawarsa, protes semakin meningkat, membuat frustrasi pihak berwenang yang mencoba menyalahkan musuh asing Iran dan agen mereka atas kerusuhan itu.

"Orang-orang mempertaruhkan hidup mereka untuk turun ke jalan. Tetapi, harapan mereka mampu mengalahkan rezim jauh lebih besar daripada ketakutan mereka," kata Omid Memarian, analis senior Iran di Demokrasi untuk Dunia Arab Sekarang (DAWN), melansir Reuters 2 November.

Sementara itu, Asieh Bakeri, putri seorang pahlawan perang dari konflik negara itu dengan Irak pada 1980-an, mengecam penguasa Iran.

"Ya, para martir mengawasi kami, tetapi mereka juga mengawasi pencurian kas publik Anda, penggelapan, diskriminasi, penindasan, penuangan darah orang tak bersalah," katanya, menggarisbawahi bagaimana ketidakpuasan menyebar ke keluarga yang memiliki tempat khusus di masyarakat.

"Anda menembak orang-orang dengan senjata perang. Sudah bertahun-tahun Anda melecehkan wartawan dengan tuduhan mata-mata," kritiknya.

Para pengunjuk rasa dari semua lapisan masyarakat telah ambil bagian, dengan siswa dan perempuan memainkan peran penting, melambaikan dan membakar jilbab.

Kendati demikian, analis meragukan protes dapat menjatuhkan penguasa Teheran, mengatakan kerusuhan itu dilihat sebagai langkah yang pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan politik yang dramatis.

"Protes ini dilihat sebagai kesempatan untuk mendorong perubahan. Ini adalah momen yang mereka harapkan untuk dibangun," sebut Sanam Vakil, wakil direktur di Royal Institute of International Affairs.

Sementara itu HRANA mengatakan 287 pengunjuk rasa telah tewas dalam kerusuhan hingga Senin, termasuk 46 anak di bawah umur. Selain itu, sekitar 36 anggota pasukan keamanan juga tewas.

Sekitar 14.160 orang telah ditangkap, termasuk sekitar 300 mahasiswa, dalam protes di 133 kota besar dan kecil, dan 129 universitas, katanya.

Diketahui, pengadilan garis keras Iran akan mengadakan persidangan publik terhadap sekitar 1.000 orang yang didakwa atas kerusuhan di Teheran, mengintensifkan upaya untuk menghancurkan demonstrasi selama berminggu-minggu.