Bagikan:

JAKARTA - Pada 4 November 1979, kelompok mahasiswa yang mendukung Revolusi Iran menyerbu Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Teheran, Iran. Kelompok mahasiswa tersebut menyandera lebih dari 60 warga AS. Beberapa bahkan ditahan selama 444 hari.

Salah satu yang mendasari penyerbuan itu adalah keputusan Presiden AS Jimmy Carter yang mengizinkan Mohammad Reza Pahlavi ke AS untuk melakukan pengobatan kanker. Mohammad Reza Pahlavi adalah Shah Iran yang telah digulingkan.

Namun penyanderaan itu lebih dari sekadar soal perawatan medis Mohammad Reza Pahlavi. Penyanderaan itu adalah cara dramatis para mahasiswa revolusioner untuk menyatakan bahwa Iran telah putus dengan masa lalu. Para mahasiswa juga memberi pesan bahwa AS harus mengakhiri campur tangannya dalam berbagai urusan Iran.

Penyanderaan ini juga merupakan cara mereka meningkatkan profil intra dan internasional dari pemimpin Revolusi Iran sekaligus tokoh anti-Amerika, Ayatollah Ruhollah Khomeini. Para mahasiswa membebaskan seluruh sandera pada 21 Januari 1981, 444 hari setelah penyanderaan dimulai dan hanya beberapa menit setelah Presiden AS Ronald Reagan menyampaikan pidato pelantikannya.

Banyak sejarawan percaya bahwa krisis sandera Iran membuat Jimmy Carter kehilangan masa jabatan kedua sebagai Presiden AS. Mengutip Britannica, saat Mohammad Reza Pahlavi tiba di New York, sekelompok mahasiswa pro-Ayatollah mulai mendobrak gerbang dan memanjat tembok kedutaan AS.

Penyanderaan Kedubes AS di Teheran, Iran (Sumber: Wikimedia Commons)

Begitu masuk, mereka langsung menyandera 66 orang. Kebanyakan dari mereka adalah diplomat dan pegawai kedutaan. Dalam waktu singkat, 13 sandera dibebaskan. Sandera yang dibebaskan adalah wanita, orang Afrika-Amerika, serta warga negara selain AS.

Beberapa saat kemudian, sandera ke-14 memiliki masalah kesehatan dan akhirnya dipulangkan. Namun 52 sandera lainnya tetap berada di kompleks kedutaan. Merekalah orang-orang yang melalui hari panjang nan berat di bawah tekanan para penyandera.

Manuver diplomatik yang dilakukan AS tidak memiliki efek pada sikap anti-Amerika dari Ayatollah. Sanksi ekonomi, seperti penyitaan aset Iran dan embargo perdagangan tidak membuat para penyandera mengalah.

Ayatollah Ruhollah Khomeini (Sumber: Commons Wikimedia)

Sementara itu, meski para sandera tidak pernah terluka parah, mereka mengalami berbagai macam perlakuan yang merendahkan dan menakutkan. Para sandera ditutup matanya dan diarak di depan kamera televisi, serta diejek di depan orang banyak.

Mereka tidak diizinkan berbicara atau membaca. Bahkan, para penyandera juga tak banyak memberi kesempatan bagi para sandera untuk mengganti pakaian.

Sepanjang krisis penyanderaan, para sandera hanya memiliki ketidakpastian yang menakutkan tentang nasib mereka. Para sandera tidak pernah tahu, apakah mereka akan disiksa, dibunuh atau dibebaskan.

Pasukan militer AS dilibatkan untuk merumuskan rencana penyelamatan sandera. Namun hingga April 1980, pemerintah AS masih tidak dapat menemui siapapun untuk bernegosiasi.

Terlepas dari pergolakan politik di Iran, para sandera masih ditahan oleh penculik aslinya di kompleks kedutaan, hingga pada 24 April 1980, satu gugus tugas kecil AS mendarat di gurun tenggara Teheran. Penyelamatan dimulai.

Penyelamatan bermasalah

Berdasarkan rencana, sekelompok prajurit operasi khusus akan maju dengan membawa helikopter ke titik kumpul kedua, melakukan penyerbuan ke kompleks kedutaan, dan membawa para sandera ke landasan udara yang akan diamankan sebelumnya oleh regu tentara kedua. Para prajurit direncanakan akan membawa para sandera pergi melalui udara.

Namun, operasi itu sejak awal sudah dipenuhi masalah. Dua dari delapan helikopter yang dikirim untuk operasi tersebut tidak berfungsi sebelum tiba di area persiapan pertama.

Sementara, satu helikopter lain mogok ketika sampai lokasi. Tidak dapat menyelesaikan misi, pasukan AS memutuskan mundur. Namun, saat proses tarik mundur pasukan itu, salah satu helikopter yang tersisa bertabrakan dengan pesawat operasi penyelamatan.

Delapan prajurit AS tewas. Jasad mereka diarak di depan kamera televisi Iran. Pemerintahan Carter dipermalukan oleh misi yang gagal, yang lebih celaka karena menyebabkan hilangnya nyawa.

Pemerintah AS kemudian berusaha keras agar jasad para prajurit yang gugur dapat dikembalikan ke AS. Dalam waktu bersamaan, Menteri Luar Negeri AS Cyrus Vance mengundurkan diri sebagai bentuk protes.

Sejak awal Cyrus memang menyatakan tak setuju dengan misi tersebut. Semua inisiatif diplomasi dalam krisis sandera terhenti. Para sandera dibawa ke lokasi baru yang tersembunyi tanpa pemberitahuan.

Pada Mei 1980, AS meyakinkan sekutu terdekatnya untuk melakukan embargo ekonomi terhadap Iran. Namun embargo tak cukup untuk melemahkan Iran.

Di tengah krisis penyanderaan, tepatnya 27 Juli, Mohammad Reza Pahlavi meninggal. Namun, kematian itu tidak memberi dampak apapun pada sengkarut problema penyanderaan.

Peluang itu datang

Dua peristiwa berikut setelah kematian Mohammad Reza Pahlavi membuat penyelesaian krisis tampak lebih mungkin. Pertama, pada pertengahan Agustus 1980.

Kala itu Iran akhirnya melantik pemerintahan baru. Pemerintahan Carter mengambil kesempatan itu dengan berupaya memperpanjang tawaran diplomatik.

Presiden AS Jimmy Carter (Sumber: Commons Wikimedia)

Kedua, pada 22 September, ketika Irak menginvasi Iran. Meski peperangan antara Iran-Irak berikutnya (1980-1988) mengalihkan perhatian Iran dari negosiasi penyanderaan dalam jangka pendek, embargo terus melemahkan ekonomi Iran dan kemampuan negara untuk mencegah pasukan Irak.

Begitu pula ketika Perdana Menteri Iran Mohammad Ali Rajaʾi mengunjungi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Oktober 1980. Banyak pemimpin dunia menyatakan sikap bahwa Iran tidak akan mendapat dukungan dalam konflik dengan Irak selama mereka masih melakukan penyanderaan.

Rajaʾi bersikeras tak akan ada negosiasi langsung. Kengganan Iran bernegosiasi langsung membuat Aljazair bertindak sebagai perantara selama proses negosiasi pelepasan sandera.

Dampak panjang penyanderaan

Negosiasi berlanjut sepanjang akhir 1980 dan awal 1981. Selama itu tuntutan Iran sebagian besar terpusat pada pelepasan asset Iran yang dibekukan dan mencabut embargo perdagangan.

Kesepakatan dibuat. Para sandera dibebaskan pada 20 Januari 1981, beberapa menit setelah pelantikan presiden AS yang baru, Ronald Reagan.

Krisis sandera Iran merupakan pukulan telak untuk AS, baik secara moral maupun prestise. Penyanderaan ini merupakan sejarah gelap bagi AS selain Perang Vietnam.

Selain menciptakan penghalang di jalur hubungan AS-Iran, penyanderaan tersebut secara luas diyakini telah berkontribusi pada kekalahan Jimmy Carter oleh Reagan dalam Pilpres AS 1980.

Selain itu, pada tahun-tahun setelah krisis, muncul tuduhan bahwa tim kampanye Reagan lah yang menghalangi upaya pemerintahan Carter bernegosiasi dengan Iran. Namun, anggapan itu sebagian besar diabaikan.