JAKARTA - Korea Selatan membuktikan ucapannya untuk merespons tegas rudal Korea Utara yang mendarat dekat wilayahnya, saat tiga jet tempur Negeri Ginseng melepaskan tembakan di Laut Utara.
Sebuah rudal balistik Korea Utara mendarat kurang dari 60 kilometer di lepas pantai Korea Selatan pada Hari Rabu, untuk pertama kalinya.
Rudal itu mendarat di luar perairan teritorial Korea Selatan, tetapi di selatan Garis Batas Utara (NLL), perbatasan maritim antar-Korea yang disengketakan dalam apa yang oleh Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol disebut sebagai "tindakan perambahan teritorial yang efektif."
Pesawat-pesawat tempur Korea Selatan menembakkan tiga misil udara-ke-darat ke laut utara melintasi NLL sebagai tanggapan, kata militer Korea Selatan, melansir Reuters 2 November.
Peluncuran Korea Selatan dilakukan setelah kantor Presiden Yoon berjanji "respons cepat dan tegas" sehingga Korea Utara "membayar harga untuk provokasi".
Rudal Pyonyang yang mendarat dekat wilayahnya, merupakan salah satu dari tiga rudal balistik jarak pendek yang ditembakkan dari daerah pesisir Korea Utara Wonsan ke laut, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).
JCS kemudian mengatakan sebanyak 10 rudal dari berbagai jenis telah ditembakkan dari pantai timur dan barat Korea Utara. JCS mengatakan setidaknya satu rudal mendarat 26 kilometer selatan NLL, 57 kilometer dari Kota Sokcho Korea Selatan, di pantai timur, dan 167 kilometer dari Pulau Ulleung, di mana peringatan serangan udara dikeluarkan.
Diketahui, peluncuran itu dilakukan hanya beberapa jam setelah Pyongyang menuntut agar Amerika Serikat dan Korea Selatan menghentikan latihan militer skala besar, dengan mengatakan "ketergesaan dan provokasi militer tidak dapat lagi ditoleransi."
Terpisah, Korea Utara telah mengatakan bahwa serangkaian peluncuran baru-baru ini sebagai tanggapan atas latihan sekutu.
BACA JUGA:
Pak Jong Chon, sekretaris Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa di Korea Utara mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Hari Rabu, jumlah pesawat tempur yang terlibat dalam latihan bertajuk 'Vigilant Storm' membuktikan itu "agresif dan provokatif" dan secara khusus menargetkan Korea Utara.
Dia mengatakan, nama latihan itu bahkan meniru 'Operasi Badai Gurun' yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Irak pada 1990-an.
"Langkah berlebihan pasukan musuh untuk konfrontasi militer telah menciptakan situasi serius di semenanjung Korea," ujar Pak dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara KCNA.