JAKARTA - Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Hari Minggu mengkritik orang-orang Yahudi di negara itu, karena tidak cukup memuji kebijakannya terhadap Israel, memperingatkan bahwa mereka perlu "mengumpulkan tindakan mereka" sebelum "sudah terlambat."
Komentar yang dibuat di platform media sosial Trump, Truth Social, memainkan peran antisemitisme bahwa orang-orang Yahudi AS memiliki loyalitas ganda kepada AS dan Israel, dan itu langsung menuai kecaman.
"Tidak ada Presiden yang telah berbuat lebih banyak untuk Israel daripada yang saya lakukan," tulis Trump sebelum mengatakan, agak mengejutkan bahwa "umat Injili kita yang luar biasa jauh lebih menghargai ini daripada orang-orang beragama Yahudi, terutama mereka yang tinggal di AS," dilansir dari CNN 17 Oktober.
Terkait hal ini, Pemimpin American Defamation League Amerika Jonathan Greenblatt, menuduh Trump melakukan "Jewsplaining."
"Kami tidak membutuhkan mantan presiden, yang menyukai para ekstremis dan antisemit, untuk menceramahi kami tentang hubungan AS-Israel. Ini bukan tentang quid pro quo; itu bertumpu pada nilai-nilai bersama dan kepentingan keamanan. 'Jewsplaining' ini menghina dan menjijikkan," tulisnya.
Sementara itu, Dewan Demokratik Yahudi Amerika juga mengecam pernyataan Trump. "Ancamannya terhadap orang Yahudi Amerika dan terus menggunakan kiasan loyalitas ganda antisemit memicu kebencian terhadap orang Yahudi," cuit kelompok itu.
"Kami tidak akan diancam oleh Donald Trump dan Yahudi Amerika akan menolak kefanatikan Partai Republik November ini," sambung kelompok itu.
Komentar Trump menggemakan argumen yang telah dia buat sebelumnya. Dalam sebuah wawancara Desember lalu, mantan Presiden itu berpendapat bahwa orang Yahudi Amerika "tidak menyukai Israel atau tidak peduli dengan Israel," dan juga mengulangi klaimnya bahwa kaum evangelis "lebih mencintai Israel daripada orang Yahudi di Negeri Paman Sam."
BACA JUGA:
Sebuah survei Pew Research yang dirilis pada tahun 2021 menemukan, 45 persen orang dewasa Yahudi di AS memandang kepedulian tentang Israel sebagai 'penting' untuk apa artinya menjadi Yahudi, dengan tambahan 37 persen mengatakan itu "penting, tetapi tidak esensial." Hanya 16 persen yang mengatakan bahwa kepedulian terhadap Israel "tidak penting."
Diketahui, selama kampanye pertamanya untuk jabatan presiden, Trump menyampaikan pidato kepada Koalisi Yahudi Republik yang penuh dengan stereotip antisemit.