Bagikan:

JAKARTA - 132 nyawa orang melayang sia-sia dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang. Mereka --termasuk yang cacat dan masih kritis-- dipastikan menjadi korban gas air mata.

Poin ini menjadi salah satu hasil kesimpulan dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta yang laporannya sudah diserahkan kepada Presiden Joko Widodo, Jumat 14 Oktober.

Ketua Tim Mahfud MD menjelaskan dengan tegas, seluruh korban yang tewas, cacat dan hingga kritis, dipastikan akibat berdesak-desakan keluar Stadion Kanjuruhan. Mereka panik, berhamburan keluar akibat tembakan gas air mata yang berlebihan dari polisi.

"Itu penyebanya," tegas Mahfud MD di Kantor Kepresidenan, Jumat 14 Oktober.

Soal gas air mata yang kabarnya sudah lewat dari masa berlaku, sedang diteliti oleh BRIN. Sejauh mana tingkat bahayanya terhadap kondisi kesehatan manusia, jadi salah satu yang sedang dicari.

"Tetapi apapun hasil pemeriksaan BRIN, tidak bisa mengurangi kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," katanya.

Kata Mahfud, kengerian video dan foto yang beredar terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang belum apa-apa dibanding temuan mereka.

TGIPF berhasil merekonstruksi seluruh kejadian dari 32 CCTV yang merekam secara real time kejadian pada saat itu.

Mahfud MD menceritakan, di dalam CCTV itu terekam ketika ada orang yang bergandengan tangan coba menyelamatkan diri keluar dari stadion. Para suporter Arema FC berhamburan keluar akibat tembakan gas air mata yang berlebihan dari polisi.

Salah satu dari yang bergandengan tangan itu, tertinggal di dalam stadion. Yang satu lagi akhirnya coba kembali untuk menyelamatkan.

"Yang di luar balik lagi untuk menolong temannya, terinjak-injak mati," kata Mahfud.

Ada lagi kisah tragis. Ketika ada yang coba membantu orang bernapas karena kesulitan.

"Kena semprot juga, mati, itu ada juga," lanjutnya.

"Lebih mengerikan dibanding yang beredar," katanya.