Polri Tepis 131 Orang Tewas Akibat Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan Malang: Penyebab Kematian Kekurangan Oksigen
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo/FOTO: Rizky Adytia-VOI

Bagikan:

JAKARTA - Polri menampik penggunaan gas air mata yang disebut sebagai penyebab utama tewasnya 131 orang di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur. Sebab, hasil pendalaman menyatakan para korban tewas mengalami kekurangan oksigen hingga terinjak.

"Tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Senin, 10 Oktober.

Berdasarkan pendalaman tim investigasi dan para ahli, ratusan korban meninggal karena kekurangan oksigen dan terinjak saat kericuhan terjadi.

Terutama, ketika para penonton berupaya keluar dari area Stadion Kanjuruhan Malang.

"Terjadi berdesak-desakan terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan mengakibatkan kekurangan oksigen di pada pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini yang jadi korbannya cukup banyak," ungkapnya.

Irjen Dedi menyebut berdasarkan penelitian yang dilakukan dosen Universitas Indonesia dan Universitas Pertahanan Prof I Made Agus Gelgel Wirasuta, gas air mata tak menyebabkan kematian. Dampak yang dirasakan hanya iritasi pada mata.

"Di dalam gas air mata tidak ada toksin atau racun yang mengakibatkan matinya seseorang," kata Dedi.

Sebelumnya, Komnas HAM memilik tiga catatan penyebab ratusan nyawa melayang saat terjadinya kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang. Satu di antaranya penggunaan gas air mata oleh aparat kepolisan.

"Gas air mata ini lah yang penyebab utama adanya kematian bagi sejumlah korban," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam.

Penggunaan gas air mata dianggap sangat berpengaruh dengan kondisi di saat itu. Sebab, usai polisi melakukan penembakan situasi menjadi memanas.

Para penonton atau Aremania pun mengalami kepanikan. Mereka berupaya keluar dari lingkungan Stadion Kanjuruhan tetapi terhalang pintu yang tak terbuka penuh.

"Pemicu utama memang gas air mata yang menimbulkan kepanikan sehingga banyak supporter atau Aremania yang turun berebut untuk masuk ke pintu keluar dan berdesak-desakan dengan mata yang sakit, dada yang sesak, susah nafas dan lain sebagainya," kata Anam.