JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menegaskan, revitalisasi Halte Transjakarta Bundaran HI telah melewati perencanaan desain yang matang meskipun kini dianggap menutupi pandangan Patung Selamat Datang.
"Desain kan sudah disusun jauh-jauh hari. Menggambar desain itu kan bukan kayak anak-anak menggambar gunung. Desain itu kan ada hitungannya, strukturnya, artistiknya, semuanya ada hitungannya," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa, 4 Oktober.
Sehingga, lanjut Riza, Halte Bundaran HI tidak akan mengalami perubahan desain meskipun banyak menuai protes, baik dari sejarawan hingga Anggota DPRD DKI. Begitu juga dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut revitalisasi halte jalan terus.
"Kita jangan terlalu jauh untuk perubahan grand design. Sudah jauh dari tahun sebelumnya didesain. Prosesnya sudah panjang," ungkap Riza.
Meski begitu, Riza mengaku akan meminta Transjakarta untuk menyelesaikan masalah tersebut. "Saya akan tanyakan lagi detailnya ke Transjakarta sejauh mana prosesnya, apa masalahnya, kekurangannya apa, nanti sama-sama kita sempurnakan, kita perbaiki bagaimana menjelaskan ke publik tentang persepsi, dugaan yang dianggap menghalangi," lanjutnya.
Sebagai informasi, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi akan memanggil BUMD PT Transjakarta untuk membahas revitalisasi Halte Bundaran HI yang tengah dipermasalahkan karena dianggap menutup pandangan menuju Patung Selamat Datang.
"Sebagai pimpinan DPRD Provinsi DKI Jakarta saya akan memanggil PT Transjakarta dan SKPD terkait untuk menjelaskan pelaksanaan revitalisasi halte Transjakarta yang nyatanya sudah banyak mengecewakan banyak pihak itu," kata Prasetyo.
BACA JUGA:
Patung Selamat Datang di Bundaran HI merupakan salah satu karya Presiden Soekarno. Prasetyo berujar, patung sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga dan melambaikan tangan itu bukan sekedar pajangan. Namun lebih kepada bahwa Indonesia pantas diperhitungkan di kancah dunia dengan kesiapannya menggelar perhelatan pesta olahraga se-Asia yang ke-4.
Dengan nilai sejarah yang tinggi itu, politikus PDIP itu memandang revitalisasi Halte Transjakarta tidak pantas menghalanginya.
"Bung Karno pernah berpesan 'Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah!'. Harusnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjaga dengan baik wejangan tersebut dalam pelaksanaan pembangunan termasuk revitalisasi halte Transjakarta Bundaran HI," cecarnya.
Sebelumnya, sejarawan Jakarta, JJ Rizal mempermasalahkan pembangunan revitalisasi Halte Transjakarta Bundaran HI yang menghalangi pandangan menuju Patung Selamat Datang.
Menurut JJ Rizal, Patung Selamat Datang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Ia menjelaskan, Patung di Bundaran HI ini merupakan karya Presiden Soekarno bersama Gubernur Henk Ngantung dan maestro pematung Edhi Sunarso.
"Harusnya Transjakarta respek terhadap kawasan sejarah, bukan malah berlomba-lomba dengan Bung Karno sebagai arsitek yang bekerja sama dengan Abel Sorensen, maestro seniman patung, dan Gubernur Henk Ngantung. Tidak pantas bersaing dengan mereka," ungkap JJ Rizal.
Terpisah, Ketua Tim Sidang Pemugaran (TSP) DKI Jakarta Boy Bhirawa mengungkapkan bahwa revitalisasi Halte Transjakarta Bundaran HI melanggar prosedur pelestarian cagar budaya.
Adapun kawasan Bundaran HI yang ditetapkan sebagai ODCB adalah Patung Selamat Datang, air mancur, dan jalan di sekitarnya. Meski masih berstatus diduga cagar budaya, kawasan Bundaran HI tetap harus diperlakukan cagar budaya.
"Daerah pemugaran cagar budaya itu kan milik publik, milik warga kota sebenarnya. Area penting yang punya indikasi kesejarahan atau makna dalam kota harus tetap dalam posisi yang dimilikinya. Jadi, tidak boleh ditutupi atau dirusak," ujar Boy.
Masalah ini membuat Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi gusar. Prasetyo akan memanggil Transjakarta dalam rapat DPRD untuk meminta klarifikasi mengenai dugaan pelanggran prosedur itu.