Polri Usut Penggunaan Gas Air Mata Sampai SOP Skema Pengamanan di Insiden Berdarah Stadion Kanjuruhan
Suasana kerusuhan di stadion Kanjuruhan Malang/ Foto: tangkap layar video

Bagikan:

JAKARTA - Polri bakal mendalami penggunaan gas air mata di balik tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang. Konon, hal itu yang disebut sebagai salah satu penyebab utama banyaknya korban tewas.

"(Penggunaan gas air mata) Itu bagian daripada materi yang sedang didalami," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Malang, Senin, 3 Oktober.

Kemudian, tim yang dikerahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga akan mendalami masalah standar operasional prosedur (SOP) dalam pengamanan di stadion.

Termasuk, mengenai eskalasi atau penambahan massa suporter yang terjadi saat insiden maut itu terjadi.

"Materi yang didalami tentunya eskalasi-eskalasi yang terjadi di lapangan dan SOP tentunya didalami oleh tim," kata Dedi.

Di sisi lain, dalam upaya pengurusan tragadi maut itu, 18 anggota yang terlibat langsung saat pengamanan pertandingan sepak bola sudah diperiksa.

Lalu, beberapa pihak terkait juga akan dimintai keterangan sebagai saksi. Mereka adalah PT Liga Indonesia Baru (LIB) hingga Ketua PSSI Jawa Timur,

"Investigasi Polri dari Bareskrim akan lakukan pemeriksaan beberapa saksi antara lain dari Direktur LIB. Kemudian Ketua PSSI Jatim, kemudian Ketua Panitia penyelenggara dari Arema, kemudian Kadispora Provinsi Jatim," kata Dedi.

Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, 1 Oktober malam. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar di mana sejumlah "flare" dilemparkan, termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.

Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain.

Dalam proses itu, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata. Penembakan gas air mata karena para pendukung tim berjuluk "Singo" Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.