JAKARTA - Beredarnya foto, video tentang situasi anak-anak di tengah lautan massa tak terkendali, ternyata peristiwa itu tidak hanya terjadi di stadion tapi juga di luar stadion.
Menurut informasi KPAI, terlihat anak bersama orang tua mereka, ada yang digandeng, digendong, diselingi teriakan dan aksi kekerasan. Perihnya gas air mata, massa panik dan terus berupaya menyelamatkan diri ketika kejadian pilu itu terjadi.
Kadivwasmonev KPAI, Jasra Putra mengatakan, pascakejadian tersebut, akan membawa dampak kejiwaan yang berat bagi anak, apalagi bila disertai peristiwa terpisah dengan orang tua, kehilangan orang tua, atau kehilangan saudaranya.
"KPAI berharap semua fokus pada pelayanan korban yang maksimal, baik yang masih hidup maupun telah meninggal," kata Jasra Putra, Minggu, 2 Oktober.
Lembaga layanan yang tersedia diharapkan bisa jemput bola, untuk menolong situasi kalangan anak dan keluarga yang masih perawatan agar segera bisa didampingi dan direspon baik.
"Untuk mengurangi hal yang lebih buruk dihadapi anak. Panitia dapat memberikan data kepada para petugas yang merespon situasi darurat disana, agar bisa dirintis pusat informasi crisis center dalam penelusuran pencarian korban dan data keluarga, menerima laporan keluarga korban, menerima anak- anak yang mungkin terpisah dari keluarga, anak -anak yang ditinggal ortu karena meninggal," ujarnya.
KPAI berharap, pertandingan sepak bola menyajikan tayangan yang ramah terhadap anak karena menjadi salah satu tontonan keluarga
"Karena anak masuk di acara dengan sebutan suporter, tentu ada perlakuan khusus, seperti edukasi, mitigasi dan pengurangan resiko bagi orang tua yang membawa anak di stadion. Tentu mereka tidak siap jika tiba- tiba harus berhadapan dengan gas air mata dan kekerasan. Lain dengan mereka yang biasa berdemonstrasi telah mempersiapkan diri ketika banyak gas air mata," paparnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak mengatakan sebanyak 174 orang meninggal dunia akbat insiden tragedi Stadion Kanjuruhan, usai kekalahan Arema FC kontra Persebaya, Sabtu malam, 1 Oktober.
"Saya menghindari kesalahan data, kami merujuk data resmi yang kami terima BPBD Provinsi Jatim di mana 10.30 WIB, menjadi 174 korban meninggal dunia. Itu data 10.30 WIB, BPBD Jawa Timur," kata Emil, Minggu, 2 Oktober.