Pemulihan Mental Anak-Anak Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Bukan Perkara Mudah
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta (paling kiri) bersama Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menemui Alfiansyah (11) anak yang kehilangan kedua orang tuanya pada tragedi Stadion Kanjuruhan, Selasa (4/10/2022). (Antara/Vicki Febrianto)

Bagikan:

JAKARTA - M Yulianton (40) adalah penggemar Arema FC. Semasa lajang, hampir terbilang sering Yulianton menonton langsung tim kesayangannya, terlebih bila bermain di kandang, Stadion Kanjuruhan. Namun, setelah menikah dengan Devi Ratna Sari (30), kesenangan itu tidak pernah dilakukannya lagi.

Ketika mengetahui Arema FC akan melakoni laga derby Jawa Timur melawan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022, hasrat Yulianton menonton lagi Arema FC bermain kembali muncul. Dia sengaja mengajak istri dan anaknya Alfiansyah (11) datang ke Stadion Kanjuruhan.

Maksud hati untuk membahagiakan anaknya. Namun nasib nahas, Yulianton dan Devi meninggal dunia, sedangkan anaknya selamat. Bisa keluar stadion tanpa berdesak-desakan.

Cerita itu diungkapkan paman Alfiansyah, Doni di rumah almarhum Yulianton, Jalan Bareng Raya, Malang, Jawa Timur, Senin (3/10).

"Istrinya itu baru pertama kali ke stadion dan anaknya juga baru pertama kali. Almarhum sempat mengatakan, saya ingin membahagiakan anak saya. Ternyata menyenangkan anak yang terakhir kalinya," ucap Doni dilansir dari Antara.

Ilustrsi sisa-sisa kerusuhan suporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan Malang yang juga mengorbankan anak-anak. (Antara/Zabur Karuru) 

Alfiansyah pun sempat bercerita singkat terkait kondisi terakhir kedua orangtuanya ketika insiden tersebut terjadi. Mereka bertiga berusaha keluar dari dalam stadion ketika mulai pecah kericuhan.

"Waktu mau ke bawah saya terjatuh, terus langsung berdiri. Itu masih bersama ayah dan mama. Setelah saya berdiri saya didorong dari belakang dan kemudian melihat ayah terjatuh," ujarnya.

Ketika bertemu Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo, Alfiansyah mengungkapkan cita-citanya menjadi polisi. Pihak kepolisian, melalui Polda Jawa Timur juga sudah menyiapkan beasiswa untuk Alfiansyah.

“Untuk sekolah sudah disiapkan oleh Kapolda sampai lulus SMA,” kata Dedi, Selasa (4/10)

Adapun terkait cita-cita Alfiansyah, Polri juga akan memfasilitasi tentunya dengan mengedepankan profesionalisme. Dedi akan menugaskan Bhabinkamtibmas untuk memberikan pembinaan kepada anak dari Pasutri yang menjadi korban tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut.

Ilustrasi - Para suporter dan pecinta bola di seluruh Indonesia mengucapkan belasungkawa untuk para korban Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022. (Instagram/@ehannnnnnnn/Northernwall Gate of Unite)

Kapolresta Malang Kombes Budi Hermanto menambahkan, "Saat ini ia masih kelas 5 SD, jadi kita harus menata, seperti kondisi fisik, kesehatan," katanya.

Polresta Malang Kota akan melakukan koordinasi dengan keluarga Alfiansyah dan pihak sekolah untuk menjamin bahwa seluruh biaya pendidikan anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya tersebut akan ditanggung Polri.

"Memang bantuan pendidikan ini tidak bisa mengembalikan nyawa orang tua Alfiansyah, tapi kami hadir sedikit untuk memberikan empati kepada korban. Alfiansyah akan kita angkat anak asuh Polresta Malang Kota," katanya.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) juga tengah menyiapkan program beasiswa pendidikan untuk anak-anak dari orang tua yang meninggal dalam tragedi Stadion Kanjuruhan. Beasiswa hanya ditujukan untuk kalangan mustahik.

"Untuk berbagai bantuan yang disiapkan, Baznas telah berkoordinasi dengan BAZNAS se-Jawa Timur. InshaAllah akan segera terlaksana, sambil menunggu proses pendataan," kata Noor Achmad, ketua Baznas dalam keterangan tertulisnya, Selasa (4/10).

Evaluasi Total

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga mengatakan dirinya sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk penanganan korban. Mulai dari penanganan pemulihan kesehatan hingga membuka hotline layanan pendampingan bagi korban dan keluarga korban.

Pendampingan diberikan sesuai kebutuhan, khususnya mulai dari pendampingan awal psikologis berkerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) atau menjalin kerja sama dengan pihak Universitas khususnya Fakultas Psikologi, karena dalam penanganan masalah perempuan dan anak adalah sebagai cross cutting issues.

“Kami berharap kejadian seperti itu tak lagi terulang dan edukasi kepada suporter kembali harus dimasifkan. Agar ke depannya kegiatan menonton laga sepak bola yang digandrungi berbagai usia dan kalangan dapat dinikmati tanpa harus ada kekhawatiran,” ucap Bintang dalam keterangan tertulisnya, Selasa (4/10).

Presiden Jokowi saat meninjau Stadion Kanjuruhan Malang pada 5 Oktober 2022, salah satunya mengkritik soal pintu keluar yang terlalu sempit dan tangga yang curam. (Biro Pers Setpres/Rusman)

Tentunya, KemenPPPA mendorong seluruh pihak melakukan evaluasi total terkait penilaian risiko stadion dan rencana mitigasi kondisi darurat di stadion bila terjadi kerusuhan serta faktor keamanan terhadap penonton, khususnya untuk perempuan dan anak sebagai kelompok rentan.

“Semua pihak harus paham dalam melaksanakan prosedur untuk mengakomodasi keamanan dan kenyamanan semua penonton, termasuk penyandang disabilitas, perempuan dan anak-anak,” kata Bintang.

Pertandingan sepak bola semestinya menjadi hiburan yang menyenangkan dan aman bagi penontonnya. Jauh dari tindak kekerasan dan membawa prinsip kompetisi yang sehat.

Komisioner KPAI Retno Listyarti pun menyayangkan sikap PT LIB yang menolak rekomendasi Polres Malang untuk mengubah jadwal pertandingan menjadi pukul 15.30 WIB.

Tim, pelatih dan official Arema FC berbelasungkawa dan menaburkan bunga di Stadion Kanjuruhan, Senin (3/10). (Instagram/@aremafcofficial)

“Memang membawa anak-anak dalam kerumunan massa sangat berisiko, apalagi di malam hari, karena ada kerentanan bagi anak-anak saat berada dalam kerumunan, karena kita tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam kerumunan tersebut. Namun, masyarakat mungkin membutuhkan hiburan setelah pandemi,” kata Retno.

“Kami mendorong Kapolri melakukan evaluasi tegas atas tragedi Kanjuruhan,” imbuhnya.

Berdasar data Posko Postmortem Crisis Center Pemerintah Kabupaten Malang, Selasa (4/10) pukul 02.00 WIB, korban meninggal dunia tragedi Stadion Kanjuruhan 133 orang. Dengan rincian, 42 perempuan, 91 laki-laki, dan 37 anak dengan rentang usia 3-17 tahun. Serta, korban yang belum teridentifikasi sebanyak 18 orang.