JAKARTA - Mabes Polri belum dapat menyimpulkan penyebab terjadinya kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang yang memakan banyak korban jiwa.
Terkait penggunaan gas air mata menjadi salah satu penyebab kerusuhan, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo belum dapat memastikannya.
"Sekali lagi saya minta rekan media untuk sabar, karena pak Kapolri dan pak Menpora hari ini melakukan rapat dulu bersama pemerintah daerah Provinsi Jatim. Tentunya sesuai arahan Presiden berikan kesempatan kepada penyidik untuk bekerja, nanti hasilnya disampaikan," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Minggu, 2 Oktober.
Dedi menyatakan, Polri akan mengevaluasi secara menyeluruh perihal kejadian kerusuhan itu.
"Dievaluasi dulu secara menyeluruh, kita tidak boleh buru-buru menyimpulkan," ucapnya.
Namun, pihaknya berjanji dalam waktu dekat akan menyampaikan hal tersebut secara komprehensif.
"Nanti hasil secara menyeluruh akan disampaikan," ujarnya.
Sebelumnya, kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, 1 Oktober malam.
BACA JUGA:
Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Kerusuhan tersebut semakin membesar di mana sejumlah "flare" dilemparkan, termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Petugas pengamanan kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain.
Dalam proses itu, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
Penembakan gas air mata karena para pendukung tim berjuluk "Singo" Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.
Data terakhir menyebutkan bahwa korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sebanyak 130 orang.