Gerakan Tanam Kopi di Lereng Merapi Sleman
ILUSTRASI/Awan panas guguran Gunung Merapi. (FOTO ANTARA)

Bagikan:

SLEMAN - Kementerian Pertanian bersama Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemkab Sleman melakukan Gerakan Tanam Kopi (Gertak) di wilayah lereng Gunung Merapi, Kapanewon (Kecamatan) Cangkringan, Sleman. Gerakan ini sebagai upaya pengembangan lahan tanaman kopi.

Gertak yang dipusatkan di Kelurahan Kepuharjo, Cangkringan tersebut dihadiri oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian  Hendratmojo Bagus serta Bupati dan Wakil Bupati Sleman.

Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Hendratmojo Bagus mengatakan kegiatan ini merupakan bagian dari program Gerakan Tanam Kopi Indonesia (Gertaki) yang telah dicanangkan Menteri Pertanian pada Januari 2022.

Ada sebanyak 50 ribu benih tanaman kopi, atau setara dengan 50 hektare yang diserahkan oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian kepada Pemerintah DIY yang akan ditanam di area lereng Gunung Merapi.

"Seperti kita ketahui, tanah yang mengandung debu vulkanis itu membawa material organik yang dapat mendukung dan merangsang pertumbuhan tanaman, termasuk tanaman kopi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto mengatakan bahwa gerakan tanam kopi tersebut sesuai dengan target Pemerintah DIY yang akan menjadikan wilayah Sleman utara sebagai sentra tanaman kopi.

"Produk kopi DIY saat ini baru bisa memenuhi 10 persen dari kebutuhan dan konsumsi kopi di DIY. Maka dirasa perlu dilakukan perluasan lahan tanaman kopi di DIY guna memenuhi permintaan kebutuhan kopi tersebut," katanya.

Dia mengatakan, pada 2023 akan ada lagi bantuan 500 ribu benih kopi dari Kementerian Pertanian yang juga akan di tanam di lereng Gunung Merapi.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X bersama Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo melakukan penanaman bibit kopi di lereng Merapi, Kepuharjo, Cangkringan/ANTARA/HO-Prokopim Setda Sleman

Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengatakan kopi robusta lebih banyak berkembang di Kabupaten Sleman daripada jenis Arabica.

"Pada 2021, luas area tanaman kopi arabica mencapai 36,6 hektare, dengan produksi sebesar 17,8 ton biji kering yang tersebar di wilayah Cangkringan, Turi dan Pakem," katanya.

Sedangkan untuk kopi robusta memiliki luas area tanaman mencapai 217,95 hektare dengan jumlah produksi lebih dari 67,24 ton biji kering yang tersebar di 12 kapanewon dengan populasi terbanyak berada di Kapanewon Cangkringan.

"Kami berharap dengan adanya perluasan lahan tanaman kopi, maka produksi kopi Sleman dapat semakin meningkat sehingga juga berkorelasi terhadap peningkatan pendapatan para petani kopi di Sleman," katanya.

Kustini mengatakan, pada tahun ini Pemkab Sleman memperoleh bantuan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian untuk pengembangan kopi robusta di Kabupaten Sleman seluas 50 hektare berupa bibit kopi robusta dan pupuk organik.

"Bantuan ini akan didistribusikan kepada 20 kelompok calon penerima yang tersebar di wilayah Cangkringan, Pakem dan Turi," katanya.