JAKARTA - Cara berkampanye Ketua Umum Demokrat Agus Harimuti Yudhoyono dianggap tidak visioner karena malah membandingkan kinerja Presiden Joko Widodo dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"AHY seharusnya mengkampanyekan gagasan ke depan, bukan kembali ke belakang dengan perbandingan," ujar Pengamat politik Dedi Kurnia Syah, Kamis 22 September.
Dedi menuturkan semua pihak berhak untuk melontarkan kritik kepada pemerintah. Namun, dia mengingatkan kritikan tersebut harus berbasis data yang akurat, bukan karena ketidaksukaan.
"Kritik itu tidak masalah, menjadi masalah ketika justru hanya berbasis ketidaksukaan, atau sekedar memantik konflik semata, ada cara yang lebih politis dan berdampak, semisal mengoreksi kebijakan yang akan dijalankan, bukan yang sudah dilakukan pemerintah," ujarnya.
Dedi pun berkata kritik AHY memang kental nuansa politis dibandingkan nuansa oposisi pada pemerintah. Dia melihat AHY mencoba mendapatkan suara dengan cara menyerang Jokowi.
"Meskipun, ini normatif, hanya statemen tanpa data, beresiko akan dikembalikan ke SBY, yang juga pasti punya kekurangan," ujar Dedi.
BACA JUGA:
Sebelumnya Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu sudah menyebut AHY menyampaikan data yang salah tentang klaim infrastruktur.
Adian menjelaskan soal jalan tol. Jalan tol yang dibangun SBY di periode 2005 hingga 2014 mulai dari konstruksi hingga gunting pita total 189,2 km. Sementara jalan tol yang di mulai konstruksinya di pemerintahan SBY tapi di selesaikan oleh Jokowi total ada 222 km.
"Kalau total panjang jalan tol yang dimulai era Jokowi tahun 2015 hingga nanti 2023 total sepanjang 2.290 km," ujarnya.
Terkait bandara, hingga akhir 2014, lanjut Adian, SBY menyelesaikan 24 bandara yang sebagian besar sudah dikerjakan oleh presiden sebelum SBY.
"Jadi SBY hanya meneruskan sebagian lalu ikutan gunting pita, bukan membangun seluruhnya dari awal," ujarnya.
Sementara bandara yang ground breakingnya dilakukan SBY tapi akhirnya diselesaikan Jokowi jumlahnya ada 7 bandara yaitu Kertajati, Tebelian, Muara Teweh, Buntukunik, Morowali, Miangas, dan Namniwel.
"Adapun bandara yang konstruksinya di mulai oleh Jokowi sejak 2015 dan akan selesai 2023 total ada 31 Bandara," kata Adian.
Selanjutnya beberapa bendungan di mulai konstruksinya tahun 2014 beberapa bulan sebelum masa jabatan SBY berakhir. Misalnya, Bendungan Tentip, Raknamo, Logung, Gondang dan Pidekso.
"Kelima bendungan ini, SBY mungkin hanya sempat melakukan seremoni peletakan batu pertama saja, ya kira-kira bermodal 1 sak semen dan beberapa buah batu saja. Kenapa demikian? Karena memang masa jabatan SBY di tahun 2014 secara konstitusional hanya 10 bulan saja," katanya.