JAKARTA - Fraksi PDIP DPR merespons soal perintah KSAD Jenderal Dudung Abdurachman yang ternyata memberi arahan prajurit TNI AD di berbagai daerah untuk mengecam anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon yang menyebut 'TNI seperti Gerombolan'.
Ketua Fraksi PDIP DPR, Urut Adianto mengaku tak tahu soal perintah Dudung kepada bawahan agar memprotes Effendi Simbolon. Namun, dia berharap semuanya kembali tenang seperti sediakala. Apalagi, Effendi sudah meminta maaf kepada TNI.
"Mudah-mudahan setelah ini semuanya jadi adem kembali dan TNI bisa bertugas seperti biasa. Kalau ditanya apakah kita memahami gerak di sana, ya tentu tidak," ujar Utut Adianto di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 14 September.
Menurut Utut, Dudung sebagai KSAD memiliki tongkat komando yang dapat digunakan untuk memerintahkan para prajurit agar membuat suasana menjadi adem dan damai.
"Biar ini wilayahnya Pak KSAD. Kan Pak KSAD punya tongkat komando, tongkat komando bukan sekadar tongkat, ini membuat yang marah jadi nggak marah. Kita, tugas kita mengademkan," kata pimpinan Komisi I DPR RI itu.
Sebelumnya, beredar video Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman, yang mengarahkan jajaran TNI AD untuk merespons pernyataan anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon soal 'gerombolan'.
Dalam video berdurasi 2 menit 50 detik itu, nampak Dudung sedang melakukan video konferensi dengan jajaran. Di sebelah kiri Dudung, terdapat Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Agus Subiyanto.
BACA JUGA:
Berikut arahan Dudung kepada jajaran perwira TNI AD soal pernyataan Effendi Simbolon yang terekam dalam video:
Kita jadi petarung, jadi jagoan. Jangan jadi ayam sayur, saya lihat itu diam semua. Nanti lihat tanggal 26 saya buktikan pada kalian... Jangan kita diam saja. Dia itu siapa? Nggak berpengaruh, nggak berpengaruh. Harga diri, kehormatan kita, kok diinjak-injak sama dia. Karena saya tahu juga dia dapat angin masalahnya, sehingga kita duduk semua, diam.
Ke depan nggak ada lagi orang-orang seperti itu. saya sudah diajarkan apa yang harus kita sampaikan di media, jangan salahkan nanti prajurit kita ngamuk, prajurit kita. Prajurit kita ini sedang di grup, di kelompok, di grup tamtama, sudah panas, kelompok bintara sudah marah. kok kita kelompok perwira santai-santai saja gitu loh?
Apa takut jabatannya dilepas? atau gimana? Danrem, dandim juga saya lihat santai saja, meninabobokan jabatannya. Jangan terbiasa seperti itu saya minta, ya? Silakan kalian bergerak, berdayakan FKPPI dan segala macam untuk tidak menerima penyampaian Effendi Simbolon, masif, lakukan, nggak usah ada yang takut ya.
Nggak usah takut kalian dicopot segala macam, saya tanggung jawab. Nah saya minta ini buktikan ya, jangan kemudian diam saja, takut pangkat dan jabatannya dicopot. kalian sudah bisa buktikan apa yang saya lakukan... (ucapan kurang jelas). Pangkat dan jabatan itu Gusti Allah, Tuhan yang ngatur, bukan siapapun ya, bukan siapapun.
Jadi nggak usah takut kalau harga diri dan kehormatan diinjak-injak, kok kita diam saja gitu? saya tidak lihat ada letkol, kolonel ngomong, bintang 1, bintang 2 ngomong bergejolak gitu loh, tidak ada yang saya lihat itu. Diam-diam saja, dan dia pun akhirnya merasa menang ya. Saya tekankan lagi tidak ada lagi pengondisian Effendi Simbolon untuk minta-minta ke wilayah.
Nggak usah takut kita, kalian nggak usah takut. Tidak berpengaruh, Komisi I itu tidak berpengaruh ya. Dia kerjanya hanya minta. Komisi I tuh banyak yang bagus, semuanya bagus kecuali dia, Effendi Simbolon, yang lain tidak ada.