Jerman Larang Pesta Kembang Api Tahun Baru Mengingat Rumah Sakit yang Kewalahan Tangani COVID-19
Ilustrasi foto (Lucas Law/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Masyarakat Jerman diperintahkan bersiap menghadapi larangan menyalakan kembang api dalam perayaan tahun baru. Padahal tahun baru adalah satu-satunya momen dalam setahun ketika individu swasta diizinkan hukum membeli kembang api.

Mengutip The Guardian, Selasa, 24 November, para pemimpin politik diharapkan mengumumkan larangan tersebut pada Rabu, 25 November. Penjualan kembang api, yang biasanya dijual tiga hari sebelum malam tahun baru juga akan dilarang untuk pertama kalinya.

Alasannya, otoritas tak siap dengan risiko pesta kembang api yang mungkin akan membutuhkan perhatian medis. Padahal rumah sakit saat ini masih kewalahan menangani pasien-pasien COVID-19.

Sekitar 200 juta euro biasanya dihabiskan untuk pembuatan kembang api. Seluruh kembang api akan diledakkan di berbagai tempat, mulai dari balkon rumah hingga taman umum, antara jam 6 sore pada 31 Desember hingga jam 7 pagi 1 Januari.

Tetapi tradisi tersebut juga menyebabkan sejumlah besar cedera, bahkan korban jiwa. Rumah sakit saat ini mulai kewalahan karena tingginya jumlah kasus COVID-19, termasuk peningkatan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan intensif.

Anggota parlemen dan dokter mengatakan tidak akan bertanggung jawab jika membiarkan perayaan tahun baru terus berjalan. Berita tersebut disambut baik para juru kampanye anti-kembang api. Mereka menganggap selain jadi ancaman bagi kesehatan masyarakat, kembang api menyebabkan polusi udara dengan partikel halus yang cukup besar.

Polusi dari kembang api juga menjadi ancaman bagi kesahatan hewan dan menimbulkan banyak sampah. Larangan kembang api juga bersamaan dengan penghentian pembukaan pasar Natal populer di Jerman, yang biasanya memikat ratusan ribu wisatawan mulai November dan seterusnya.

Kedua larangan tersebut merupakan bagian dari rencana luas yang diharapkan secara resmi disepakati pada saat "KTT Corona" antara 16 pemimpin länder (wilayah) Jerman dan kanselir federal, Angela Merkel. Pembatasan juga diperkirakan akan diperpanjang.

Dapat dipahami perpanjangan tersebut akan mempertahankan pembatasan hingga 20 Desember, memungkinkan pelonggaran singkat selama periode Natal, sebelum diperketat lagi hingga sekitar pertengahan Januari. Wali Kota Berlin Michael Müller, yang saat ini adalah kepala konferensi para pemimpin negara, mempresentasikan rancangan keputusannya.

"Kami sepakat bahwa banyak yang telah dicapai, tetapi belum cukup." Para pemimpin sepakat, meski pertumbuhan jumlah kasus tampaknya telah dihentikan sejak langkah-langkah yang lebih ketat diberlakukan pada 2 November, namun angka saat ini masih terlalu tinggi.

Keputusan tersebut juga akan jadi pukulan bagi restoran, bar, bioskop, dan salon kecantikan, yang berharap dapat dibuka kembali pada Desember. Antara tanggal 21-27 Desember, hotel diizinkan dibuka sehingga orang yang mengunjungi keluarga memiliki pilihan untuk menginap di tempat lain. Disarankan setiap tamu hanya terdiri maksimal 10 orang, tidak termasuk yang berusia di bawah 14 tahun.

Kegiatan bekerja juga diminta tutup jika memungkinkan di antara tanggal 21 Desember dan 3 Januari untuk memungkinkan sebanyak mungkin orang mengikuti rekomendasi pemerintah untuk tinggal di rumah. Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan bahwa ia mengharapkan kemungkinan memulai vaksinasi orang-orang di Jerman pada awal Desember.

Pada Jumat, 20 November, Jerman mendapati 23.648 kasus baru. Lebih dari 21.200 tempat tidur perawatan intensif saat ini ditempati, dan hanya 12.000 cadangan tempat tidur yang tersedia.