Bagikan:

JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Jasra Putra meminta semua sekolah yang berdiri di pinggir jalan raya meningkatkan standar keamanan berlapis untuk menjaga keselamatan siswanya.

Hal ini merujuk pada kecelakaan maut truk trailer yang terjadi di Jalan Sultan Agung KM 28,5, Kranji, Kota Bekasi. Dalam insiden ini, sebanyak 10 korban meninggal dunia dan 7 di antaranya siswa SDN Kota Baru 02 dan 03.

"Agar penanganannya tegas dan tidak main main, karena nyawa anak dan anak kehilangan orang tua, mohon bisa menjadi pertimbangan, agar tidak terulang. KPAI memohon agar sekolah sekolah di pinggir jalan raya yang aktif dikaji kembali standard keamanan berlapis untuk anak," kata Jasra dalam keterangannya, Kamis, 1 September.

Pada peristiwa ini, terdapat tiang Base Transceiver Station (BTS) ambruk akibat ditabrak truk trailer. Letak BTS itu berdiri di dekat sekolah dengan dipisahkan trotoar kecil. Jasra pun meminta lokasi tiang bertetangga dengan pusat pendidikan dikaji kembali.

"Dengan tidak ada batasan [jarak] yang tegas antara sekolah dengan jalan raya dan menempelnya tiang BTS yang berdiri di gedung sekolah. Perlu dikaji kembali, apakah keamanan yang ada, sudah standar," ucap Jasra.

Jasra menyebut peristiwa ini meninggalkan duka yang cukup dalam karena korbannya adalah anak-anak. Apalagi, hal ini terjadi ketika anak anak SD menunggu angkutan untuk pulang, serta saat orang tua mengantar anak dan menjemput anaknya di sekolah.

"Anda bisa terbayang, harapan menanti anak pulang sekolah, terjawab dengan musibah meninggal dunia. Tentu menjadi duka yang teramat dalam. Duka seperti ini tentunya akan berkepanjangan, sehingga penting didampingi sejak awal," ujar Jasra.

"Saya kira perlu keputusan cepat dan langsung di lokasi, agar mengurangi ketakutan mendalam kepada anak anak yang masih akan melanjutkan sekolah," tambahnya.

Sebagai informasi, kecelakaan ini terjadi saat truk trailer menabrak tiang jaringan komunikasi hingga ambruk melintang di depan SDN Kota Baru 02 dan 03, Jalan Sultan Agung, Bekasi, Rabu, 31 Agustus sekitar pukul 10.30 WIB.

Akibat peristiwa ini, sebanyak 10 orang meninggal dunia, di antaranya 7 siswa SD. Lalu, sebanyak 20 orang mengalami luka-luka. Saat ini, seluruh korban telah dievakuasi. Mereka dibawa ke RSUD dan RS Ananda.

Polda Metro Jaya telah mengamankan sopir truk untuk dimintai keterangan mengenai kronologi kejadian. Kepolisian juga masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Dalam hasil penyelidikan sementara, kecelakaan diduga bukan disebabkan rem blong karena ditemukan bekas pengereman, melainkan kondisi sopir yang mengantuk. Sampai saat ini, polisi masih mendalami penyebab kecelakaan itu.