Bagikan:

JAKARTA - Sebanyak empat ekor ternak jenis kerbau dan dua ekor anjing milik warga Jorong Aia Taganang, Nagari Matua Hilia, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat diduga diserang harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae). Diduga kuat satwa dilindungi masih berkeliaran di daerah tersebut.

Camat Matur, Subhan mengatakan, kerbau dengan usia tiga tahun dan satu tahun yang diserang satwa dilindungi itu milik Basri Sutan Marajo (50).

"Dua anak kerbau itu dimangsa pada Sabtu, sehingga mengalami luka pada bagian kaki kiri dan telah mendapatkan pengobatan dari petugas kesehatan hewan," katanya di Lubukbasung, Antara, Kamis, 25 Agustus.

Dia mengatakan, satwa dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya itu juga menyerang dua ekor anjing milik AP (25) dan Eri (30).

Akibatnya, dua ekor anjing itu mati di lokasi kejadian dan di tempat tersebut ditemukan jejak kaki harimau. "Jejak kaki harimau berada di sekitar permukiman warga dan masyarakat ketakutan diserang harimau tersebut," katanya.

Ia menambahkan, harimau sumatera itu juga mengeluarkan suara mengaum pada Kamis, 25 Agustus pagi, sehingga warga tidak berani melakukan aktivitas ke kebun. Dengan kondisi itu, ia telah melaporkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, agar segera menangani konflik manusia dengan satwa liar ini.

"Saya telah melaporkan kejadian ini ke BKSDA Sumbar dan berharap segera ditangani agar tidak ada korban," katanya.

Ia mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan dengan cara tidak keluar rumah sendirian pada malam hari, mengandangkan ternak dan lainnya.

Imbauan itu langsung disampaikan saat ia mengunjungi lokasi ternak warga diserang harimau itu. Sementara Wali Jorong Aia Taganang, Mustahidus Syahri menambahkan warga telah mengandangkan ternak mereka dekat rumahnya.

"Biasanya warga mengembalakan ternaknya di kebun pada malam hari dan sekarang sudah dibawa ke sekitar rumahnya," katanya.

Ia mengakui, jejak kaki harimau sumatera pernah ditemukan warga pada Maret 2022 dan tidak menyerang ternak.

Namun kejadian menyerang ternak warga ini pertama di daerah itu dan mungkin akibat hal lain, seperti hilangnya habitat satwa tersebut.

"Serangan harimau sumatera ini kejadian pertama dan sebelumnya hanya ditemukan jejak kakinya saja," katanya.