Olimpiade Tokyo Tercoreng Skandal Korupsi, Seret Aoki Holdings yang Jadi Sponsor
Photo by Alex Smith on Unsplash

Bagikan:

JAKARTA - Bekas eksekutif komite Olimpiade Tokyo dan mantan ketua raksasa pakaian bisnis Aoki Holdings Inc terseret kasus suap menyuap. Olimpiade Tokyo kini tercoreng kasus korupsi.

Aoki Holdings Inc diduga merundingkan biaya sponsor Olimpiade mulai hampir dua tahun sebelum perusahaan tersebut ditunjuk sebagai pendukung resmi Olimpiade, seperti dikutip dari Mainichi Shimbun, Kamis 18 Agustus.

Unit investigasi khusus Kantor Kejaksaan Umum Distrik Tokyo percaya bahwa Haruyuki Takahashi, bekas anggota dewan eksekutif Komite Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo memberi jaminan sehingga mereka akan "secara informal "setuju agar Aoki menjadi sponsor.

Unit investigasi khusus sedang menyelidiki Takahashi atas dugaan menerima suap dari mantan ketua Aoki Hironori Aoki, atas sponsor Olimpiade dan bantuan lainnya. Tuduhan itu muncul terkait dana yang dibayarkan kepada Takahashi selama empat tahun menjelang penutupan Olimpiade Tokyo.

Aoki diduga telah menyalurkan dana ke Takahashi melalui kontrak konsultasi yang ditandatangani dengan sebuah perusahaan yang dipimpin oleh eksekutif panitia penyelenggara pada September 2017. Pada Oktober 2018, Aoki menjadi "pendukung resmi" Olimpiade Tokyo, dan menjual pakaian berlisensi resmi. dan produk lainnya.

Menurut sumber Mainichi, Takahashi bertemu dengan mantan ketua Aoki pada Januari 2017 di sebuah restoran steak miliknya di Tokyo dan mendekati ketua untuk menjadi sponsor dengan biaya 750 juta yen (sekitar $5,5 juta).

Mantan ketua dan eksekutif Aoki lainnya terus bertemu dengan Takahashi, dan sekitar musim panas 2017 mereka dilaporkan setuju bahwa 250 juta yen (sekitar $1,8 juta) dari 750 juta yen akan dibayarkan di muka kepada organisasi atletik yang disarankan oleh Takahashi untuk menutupi pelatihan biaya.

Sementara itu, Takahashi dikatakan telah merekomendasikan Aoki kepada panitia penyelenggara sebagai sponsor dengan biaya 500 juta yen (sekitar $3,7 juta), dan meminta perusahaan secara informal menawarkan tempat sponsor.