Masuk Agenda Utama APBN 2023, Komisi IX DPR Minta Pemerintah Serius Pulihkan Sektor Kesehatan
Sejumlah nakes menangis saat penghormatan terakhir kepada bidan Ilah Kurnia yang meninggal akibat COVID-19 di RSUD Indramayu, Jabar, pada Juli 2021. (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR, Kurniasih Mufidayati, menyambut baik peningkatan kualitas sistem kesehatan sebagai salah satu agenda utama APBN 2023. Menurutnya, titik berat APBN masih di sektor ekonomi dengan segala pendukungnya, termasuk infrastruktur.

"Bisa dibilang lebih dari 70 persen agenda utama APBN ini diarahkan pada sektor ekonomi," ujar Mufida, Kamis, 18 Agustus.

"Infrastruktur juga masih terus menjadi prioritas APBN di tahun 2023 ini, meskipun seharusnya perlu dilakukan evaluasi terhadap efektivitas infrastruktur yang sudah dibangun dengan anggaran sangat besar dalam mendukung perekonomian," lanjutnya.

Mufida lantas meminta pemerintah betul-betul serius untuk memulihkan sektor kesehatan yang sempat terguncang dan porak-poranda akibat pandemi COVID-19.

Sebab menurutnya, banyak tenaga kesehatan yang gugur, pelayanan kesehatan yang sempat terhenti, alat kesehatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan saat gelombang pandemi datang, serta penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat pandemi COVID-19.

"Ketahanan sistem kesehatan kita juga menjadi terlihat begitu rapuh saat pandemi lalu, khususnya saat puncak gelombang pandemi. Belum lagi persoalan kemandirian obat dan vaksin yang masih jauh dari harapan. Pada tingkat layanan kesehatan primer dan fasilitas kesehatan tingkat pertama, masyarakat juga masih mengeluhkan pelayanan yang buruk," ungkapnya.

"Oleh karena itu seharusnya pemulihan sektor kesehatan ini harus mendapat perhatian khusus dalam APBN 2023 ini," sambungnya.

Legislator PKS Dapil Jakarta ini juga mendorong pemerintah memberikan perhatian serius terhadap kesehatan ibu dan anak, termasuk penanganan stunting dalam APBN 2023.

Mufida melanjutkan, dalam riset yang dilakukan oleh UNICEF bersama UNDP, AIPP-Prospera dan SMERU Research Institute yang menemukan bahwa anak-anak Indonesia menghadapi berbagai tantangan mulai dari guncangan ekonomi dan kerawanan pangan, terganggunya akses layanan kesehatan, hingga munculnya tekanan psikologis akibat pandemi lalu.

"Penyelenggaraan posyandu yang terganggu juga menyebabkan 13 persen rumah tangga dengan anak berusia di bawah lima tahun tidak dapat memperoleh layanan imunisasi dan 36,7 persen rumah tangga tersebut belum bisa mendapatkan terapi dan layanan kesehatan lain yang dibutuhkan anaknya," kata Mufida.

Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo membacakan Nota Keuangan APBN 2023 dalam Sidang Tahunan MPR menyambut HUT RI ke-77. Ada 5 agenda utama dalam postur RAPBN 2023 yang disampaikan presiden.

Adapun di antaranya, yaitu penguatan kualitas SDM unggul melalui peningkatan kualitas pendidikan dan sistem kesehatan, akselerasi pembangunan infrastruktur, pemantapan efektivitas implementasi reformasi birokrasi, pelaksanaan revitalisasi industri dengan mendorong hilirisasi dan pembangunan dan pengembangan ekonomi hijau.