Serologi Survei: Kadar Antibodi Penduduk Indonesia Terhadap COVID-19 Meningkat 98,5 Persen
Sejumlah karyawan berjalan di di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta pada April 2020 (Antara-Akbar NG)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap proporsi masyarakat Indonesia yang memiliki kadar antibodi terhadap SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 meningkat menjadi 98,5 persen berdasarkan hasil serologi survei atau serosurvei pada Juli 2022.

"Hasil serosurvei menunjukkan peningkatan proporsi penduduk yang punya antibodi SARS-Cov-2 dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen di Juli 2022," kata Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Iwan Ariawan melalui konferensi pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Kamis 11 Agustus siang.

Ia mengatakan, serosurvei hasil kerja sama Kemenkes dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI itu merupakan kali ketiga dilakukan secara nasional, setelah sebelumnya bergulir pada Desember 2021, Maret 2022.

Serosurvei ketiga dilakukan dengan mengunjungi kembali sebanyak 84,5 persen dari total 20.501 sampel yang terpilih pada 2021 melalui kuisioner hingga pemeriksaan antibodi yang dilakukan di 100 kota/kabupaten.

"Dari peta responden serosurvei tersebar di seluruh Indonesia. Ini jadinya menggambarkan kadar antibodi penduduk di Indonesia," tuturnya disitat Antara. 

Iwan mengatakan, kadar antibodi yang dimiliki 98,5 persen penduduk Indonesia meningkat lebih dari empat kali lipat dibanding Desember 2021 dan Juli 2022.

"Median kadar antibodi meningkat dari 444 unit per mm, jadi 2.097 unit per mm," ujarnya.

Pada agenda yang sama, epidemiolog dari UI Pandu Riono mengatakan antibodi yang kini dimiliki masyarakat berasal dari program vaksinasi COVID-19 pemerintah serta antibodi alami yang didapat dari proses infeksi COVID-19.

"Hasil survei itu mengindikasikan atau mendukung booster itu sangat penting," katanya.

Pandu mengatakan hingga kini cakupan dosis penguat atau booster pertama baru mencapai 28 persen. Angka tersebut masih jauh dari target yang diinginkan yakni sebesar 50 persen.

Ia mendorong cakupan vaksinasi dosis penguat perlu dituntaskan terlebih dahulu, baru melanjutkan vaksinasi booster kedua untuk masyarakat umum.

"Jangan kita pikirkan dulu booster yang kedua, kita tuntaskan dulu booster pertama," pungkasnya.