Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan menanggapi hasil survei serologi yang bilang 86,6 persen penduduk Indonesia sudah memiliki antibodi SARS-CoV-2 atau COVID-19.

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, meski sudah punya antibodi, bukan berarti masyarakat tersebut bisa terbebas dari infeksi virus corona.

"Meskipun angka antibodi terhadap SARS-CoV-2 bagi responden cukup tinggi, namun bukan berarti masyarakat terbebas dari infeksi COVID-19. Antibodi yang tinggi berarti mampu mengurangi dampak gejala berat dan risiko kematian akibat terinfeksi COVID-19," kata Nadia dalam keterangannya, Senin, 21 Maret.

Masyarakat, lanjut Nadia, harus sungguh-sungguh menyadari bahwa meskipun antibodi yang diproduksi tinggi setelah mendapatkan vaksinasi lengkap ditambah booster, kemungkinan untuk terinfeksi COVID-19 masih ada. Hanya saja, risiko bergejala berat dan kematian akibat COVID-19 berkurang.

"Terutama bagi golongan lanjut usia dan yang memiliki komorbid sangat perlu mendapat perlindungan dari vaksinasi lengkap dan booster,” ujar Nadia.

Lebih lanjut, Nadia mengungkapkan target vaksinasi perlu dikejar lebih jauh dan lebih cepat lagi. Saat ini telah ada 194.559.612 orang yang telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis pertama dan 154.267.349 vaksinasi dosis kedua. Lalu, vaksinasi dosis ketiga sebanyak 16.278.674. Sementara, target sasaran vaksinasi di Indonesia sebanyak 208.265.720 orang.

"Vaksinasi akan mempercepat pembentukan kekebalan kelompok di populasi penduduk Indonesia, terutama untuk mencegah kembali lonjakan kasus," sebutnya.

Pemerintah merilis hasil survei serologi nasional periode November hingga Desember 2021. Survei ini dilakukan oleh tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), didukung oleh Kemenkes dan Kemendagri.

Survei serologi ini bertujuan untuk mengestimasi proporsi orang di populasi yang mempunyai antibodi terhadap SARS-CoV-2 (COVID-19) berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, pernah terdiagnosis COVID-19 dan status vaksinasi.

Dengan kata lain, dasar dari penelitian ini mengukur untuk berapa banyak tingkat penduduk atau proporsi penduduk yang sudah mempunyai tingkat kekebalan.

Hasilnya, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Iwan Ariawan menjelaskan bahwa secara umum 86,6 persen penduduk indonesia pada bulan November dan Desember 2021 memiliki antibodi terhadap COVID-19.

"Jadi ini angka yang besar. Meskipun memang memilii antibodi terhadap SARS-CoV-2, bukan berarti mereka ini tidak bisa terinfeksi," kata Iwan dalam tayangan Youtube Kementerian Kesehatan, Jumat, 18 Maret.