Bagikan:

JAKARTA - Mantan Ekonom World Bank, Maia Sandu berhasil menjadi presiden terpilih wanita pertama di  Moldova setelah memenangkan dua putaran Pemilu. Lantas, siapa sebenarnya orang yang berhasil menekuk petahana Igor Dodon?

Melansir Yeni Safak, Sandu berhasil meraup suara 57,75 persen. Sedangkan lawannya, Igor Dodon hanya meraih suara 42,25 persen.

Meski begitu, Sandu harus menunggu sampai tiga hari untuk menanti hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum Moldova. Setelah pengumuman, kandidat yang keluar sebagai pemenang Pilpres Molodova akan dilantik dalam kurun waktu 45 hari untuk menjabat resmi sebagai presiden.

“Kami membutuhkan negara untuk bekerja melayani warga negara, bukan untuk pencuri dan menjadi pejabat korup,” kata Sandu.

Sebelumnya, pada putaran pertama Sandu sempat menang tipis atas Dodon. Namun karena suara kedua kandidat tak ada yang mencapai 50 persen, sesuai aturan negara tersebut, maka diadakan putaran kedua.

Lantas, pada Jum’at lalu Dodon telah meminta para pendukung untuk tenang sembari menanti hasil pemilu. Akan tetapi, Dodon pun tak lupa mengajak segenap pemilihnya untuk turun ke jalan jikalau merasa Pilpres Moldova dicurangi.

"Saya memilih untuk perkembangan ekonomi, untuk kebijakan luar negeri yang seimbang. Saya tidak ingin Moldova digunakan dalam permainan geopolitik,” ungkap Dodon kepada Reuters.

Sementara itu, baik Dodon dan Sandu kedua telah dipertemukan sebagai kandidat Preisden Moldova pada Pilpres 2016. Sayangnya, pada saat itu Sandu kalah karena hanya mendapat 48 persen suara. Sedangkan, Dodon mendapat 52 persen suara yang membawanya menjadi presiden terpilih Moldova 2016-2020.

Permalukan Kremlin

Wanita yang lahir di Risipeni, Moldova pada 24 Mei 1972 ini bukan politisi baru di negara itu. Karir politiknya semakin moncer setelah menjabat Menteri Pendidikan pada 2012 hingga 2015.

Setahun kemudian, ia menjadi Ketua Umum Partai Aksi dan Solidaritas Moldova. Pada 8 Juni 2019, ia mendapat amanah sebagai Perdana Menteri Moldova sebelum akhirnya sekarang menjadi pemimpin negara tersebut.

Keberhasilannya mengalahkan petahana Igor Dodon dianggap mencoreng muka Kremlin. Pasalnya menurut BBC, Presiden Rusia, Vladimir Putin, terang-terangan membantu Dodon dalam Pemliu Moldova kemarin. 

Namun tetap saja, ini bukan kemenangan yang mudah bagi Sudan. Pasalnya di negara yang menganut sistem parlementer ini, Sandu dianggap tak punya dukungan kuat di Parlemen.