Bagikan:

JAKARTA - FBI khawatir bahwa organisasi teroris asing, seperti ISIS dan Al Qaeda, masih memiliki rencana untuk meluncurkan atau mengilhami serangan skala besar terhadap Amerika Serikat, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan kepada Senat, Kamis.

"FBI tetap khawatir bahwa FTO, seperti ISIS dan Al-Qaeda dan afiliasi mereka, berniat untuk melakukan atau menginspirasi serangan skala besar di Amerika Serikat," ujarnya dilansir dari Sputnik News 5 Agustus.

"Meskipun kehilangan wilayah fisik di Irak dan Suriah, ISIS tetap tanpa henti. dalam kampanye kekerasannya terhadap Amerika Serikat dan mitra kami, baik di dalam maupun di luar negeri," sambung Wray.

Pernyataan Wray muncul sehari setelah Departemen Luar Negeri AS memperingatkan, orang Amerika harus waspada terhadap potensi kekerasan yang lebih tinggi terhadap mereka, menyusul serangan AS yang menewaskan Pemimpin Al Qaeda Ayman al Zawahiri di Kabul, Afgahnistan pada 31 Juli.

"Setelah kematian al Zawahiri, pendukung Al Qaeda, atau organisasi teroris yang berafiliasi dengannya, mungkin berusaha menyerang fasilitas, personel, atau warga AS," kata Departemen Luar Negeri dalam rilisnya, Selasa.

"Karena serangan teroris sering terjadi tanpa peringatan, warga AS sangat dianjurkan untuk menjaga tingkat kewaspadaan yang tinggi dan mempraktikkan kesadaran situasional yang baik saat bepergian ke luar negeri," lanjut rilis itu.

Departemen Luar Negeri menambahkan, pihaknya prihatin dengan ancaman lanjutan dari serangan teroris, demonstrasi dan tindakan kekerasan lainnya terhadap kepentingan Amerika dan AS di luar negeri.

"Informasi terkini menunjukkan bahwa organisasi teroris terus merencanakan serangan teroris terhadap kepentingan AS di berbagai wilayah di seluruh dunia. Serangan ini dapat menggunakan berbagai taktik termasuk operasi bunuh diri, pembunuhan, penculikan, pembajakan, dan pemboman," tambah rilis tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan, tewasnya Al Zawahiri akan memastikan Afghanistan tidak pernah menjadi tempat yang aman bagi teroris.

"Dia tidak akan pernah lagi, tidak akan pernah lagi membiarkan Afghanistan menjadi tempat yang aman bagi teroris karena dia telah pergi dan kami akan memastikan bahwa tidak ada lagi yang terjadi," ujar Presiden Biden.

Sebelumnya, pejabat senior Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan, Ayman al Zawahiri (71) berada di balkon sebuah rumah tiga lantai di Kabul, Afghanistan ketika dua rudal Hellfire menyerang tak lama setelah fajar Minggu.

Itu adalah serangan pertama yang diketahui oleh AS pada target di Afghanistan sejak Washington menarik pasukannya dari negara itu pada 31 Agustus tahun lalu, beberapa hari setelah Taliban kembali berkuasa.

Operasi AS melibatkan berbulan-bulan pekerjaan intelijen untuk melacak keluarga Al Zawahiri ke Kabul dan mengidentifikasi target, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.

"Misi ini benar-benar terbentuk selama enam, tujuh bulan terakhir," ungkap Kirby kepada CNN.

"Saat itu, awal tahun ini, seperti yang Anda dengar dari presiden, kami mendapat indikasi bahwa Zawahiri telah pindah ke Afghanistan," tandasnya.