Kepsek SMPN 46 Sebut Sekolahnya Tidak Mewajibkan Murid Perempuan Pakai Jilbab
Gerbang sekolah SMPN 46 Jakarta Selatan/ Foto: Jehan/ VOI

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Sekolah SMPN 46 Jakarta Selatan, Endin Haerudin angkat bicara perihal dua gurunya yang diduga memaksa anak muridnya untuk menggunakan jilbab.

Dirinya menjelaskan bila sebenarnya apa yang dilakukan guru-guru di tempatnya untuk membangun sikap ketaqwaan dan keimanan dari pada murid-muridnya.

Kendati demikian, kata Endin, sifatnya bukan pemaksaan. Karena di sekolahnya ini tidak ada kewajiban bagi muridnya untuk mengunakan jilbab.

"Mungkin dia sedang berada di kelas dan menanyakan hal tersebut dalam fungsinya sebagai guru. Fungsinya kan membangun karakter, tidak hanya pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan," kata Endin saat dikonfirmasi, Rabu, 3 Agustus.

"(Akan tetapi) Kami dari sekolah tidak pernah memberikan informasi lisan maupun tertulis mengenai kewajiban menggunakan jilbab. Itu sama sekali tidak ada. Kalau pun anak yang berjilbab itu karena memang atas kehendak dirinya," sambungnya.

Endin menjelaskan peristiwa peneguran jilbab itu bermula saat proses pembalajaran tatap muka di sekolahnya. Kemudian salah satu guru meminta untuk R menggunakan jilbab.

Ia menilai sebenarnya pertanyaan yang diajukan adalah hal umum. Namun karena kerap ditanyakan kepada murid tersebut, sehingga siswa itu merasa tidak nyaman.

Diketahui, seorang anak berinsial R (13) merasa tertekan setelah ditegur oleh gurunya di depan teman-temannya lantaran tidak memakai jilbab.

"Sedang belajar dan interaktif di depan kelas, artinya terjadi proses tanya jawab, kemudian guru menanyakan. Ketika ditanyakan, jawabannya belum siap. Bagi guru juga tidak mempermasalahkan, cuma pertanyaan itu diulang kembali, maka merasa tidak nyaman," katanya.

"Jadi peristiwa itu adalah hal yang lumrah antara guru dengan murid, karena guru mempunyai kewajiban moril untuk membangun karakter. Hanya kendalanya adalah situasi kondisi tidak tepat," tambahnya.

Atas kejadian itu Endin mengaku telah melakukan pembinaan dengan seluruh guru-guru. Hal ini dilakukan untuk mencegah kejadian serupa.

"Kami lakukan koordinasi, pembinaan baik personal maupun secara keseluruhan guru-guru," sebutnya.

Kini murid R telah kembali ceria, bahkan siswa itu telah aktif dan bermain dengan teman-temannya. Hal ini dikatakan setelah murid tersebut diamati oleh guru-guru di sekolahnya.

"Normal, dan selama ini diamati. Kami kan cermati, itu tidak ada ketakutan. Kita memiliki tangkapan layar dia beraktivitas, berlari, bergerak, menjawab pertanyaan, bermain dengan teman-temannya. Kami mulai dari pagi jam 6 sampai pulang sekolah, anak-anak itu rata-rata happy. Bahkan guru juga menyapa duluan," tutupnya.